Harp On The Mountain: Diplomasi Budaya Serbia dan Indonesia
BOGOR – Ahad, 28 Januari 2018, Wakil Ketua DPR RI, Dr Fadli Zon, M.Sc membuka sarasehan budaya “Harp On The Mountain” di Kampung Budaya Sunda Paseban, Megamendung, Bogor.
Acaraini merupakan gelaran kerjasama Kedutaan Serbia untuk Indonesia, Mr. H.E. Slobodan Marinkov dengan Fadli Zon. Acara ini mempersembahkan penampilan Irina Pejoska, musisi muda asal Serbia.
Dubes Serbia, Mr. H.E. Slobodan Marinkov mengatakan acara ini adalah jalur diplomasi budaya khususnya dengan dunia musik Indonesia.
“Kami mengenalkan Irina Pejoska, pemain harpa muda asal negara kami. Irine sudah memulai pendidikan music sejak 7 tahun di sekolah music dasar “Mokranjac” di mana ia belajar viola. Setelah itu masuk sekolah musik “Stankovic”belajar harpa dengan Prof. Stasa Mirkovic Grujic dan Prof. Ivana Pejoska,” kata Fadli usai acara.
Cuaca hujan dan berkabut, tak menyurutkan para tamu undangan untuk hadir di acara sarasehan budaya “Harph On The Mountain”. Beberapa tamu kehormatan dari kedutaan, seperti Dubes Bulgaria H.E Sergei Michaev, Dubes Bosnia H.E Mohamed Cengic, Mantan Dubes Indonesia untuk Serbia, Samuel Samson, Wakil Dubes dari Vietnam, Afghanistan dan Pakistan serta diplomat dari Jerman. Turut hadir juga sejumlah politisi, seniman, dan budayawan seperti Ahmad Dhani, Komeng, Yoes Rizal, dan beberapa anggota DPRD Bogor dan DPRD Provinsi Jawa Barat.
Sarasehan budaya ini adalah upaya untuk saling mengenalkan kedua budaya dari Indonesia dan Serbia. Kita bisa mengenal budaya luar, begitu juga sebaliknya.
“Saya berterimakasih pada Kedutaan Serbia yang telah bekerjasama untuk mengadakan sarasehan budaya di Kampung Budaya Sunda Paseban. Suatu kehormatan bagi kami, mengingat Irina Pejoska adalah musisi muda pemain harpa yang berprestasi dan hebat,” ungkap Fadli Zon.
Irina Pejoska telah hadir dan berpartipasi dalam sejumlah acara, festival , kompetisi di Eropa dan sudah raih tujuh kali juara pertama dan juara emas, dua juara ke dua dan empat juara ketiga. Pernah solo concert di Kolarac Beograd. Irina belajar dari para maestro harpa dunia seperti Irina Cink (Swiss) Olga Sevelevich (Rusia) Emanuela Del Sponti (Itali) Ian Jons (Inggris).
Dalam penampilan kali ini, Irina Pejoska membawakan 14 repertoar diantaranya; The Ministrel s Adieu To His Native Land (J. Thomas), La Source (A. Zabel), Sonata in c-minor, Allegro Vigoroso, Andantino Espressivo, Presto (G.B.Pescetti), Clair de Lune (C.Debussy), Premier Valse Op.83 (A. Durand), A Spring Thought (C.Schuetze), Viejo Zortzico (J.Guridi), Impromptu (R.Glier), La Vie en Rose (Edith Piaf), O Sole Mio (Giovanni Capurro), Santa Lucia (Teodoro Cottrau).
Harpa sendiri merupakan salah satu alat musik tertua di dunia. Dimana alat musik ini paling awal dikembangkan dari busur panah untuk berburu. Di abad ke-8, harpa dimainkan sebagai instrumen aristokrat, biasa dimainkan di pengadilan kerajaan.
Hingga kini, cerita Fadli, harpa semakin populer. Dari abad pertengahan menuju moderen, dari klasik ke jazz, dari akustik ke elektrik. Harpa merupakan alat musik penting dalam berbagai tradisi dan perubahan ini.
Sarasehan budaya ini dibuka dengan penampilam kelompok musik kecapi suling Sunda Ki Jatnika dan ditutup dengan gesekan instrumen biola dari Fakhri yang membawakan dua lagu nasional yaitu Indonesia Pusaka dan Tanah Air.
“Ini adalah salah satu upaya kami untuk mengenalkan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia juga bagian dari pelestarian musik tradisi,” terangnya.
Menurut Fadli Zon, selaku tuan rumah dan penyelenggara acara, Ia menyambut baik acara sarasehan budaya seperti ini. Untuk Indonesia sendiri, acara ini sangat penting agar pemain harpa di Indonesia bertambah kaya. Sejauh ini yang kita tahu pemain harpa Indonesia masih terbilang sedikit. Untuk menyebut salah satu nama misalnya Maya Hasan, pemain harpa yang cukup populer.
“Saya berharap ke depan ini bisa jadi kolaborasi yang unik. Melalui budaya kita bisa menjalin komunikasi yang efektif. Di kesempatan yang akan datang, saya berharap kita bisa berkolaborasi instrumen musik string baik dari alat musik harpa, biola maupun kecapi. Juga tak menutup kemungkinan, sarasehan budaya dapat terjalin dengan beberapa negara lain” ucap Fadli Zon. (Bani)