HUT ke-77 PLN, DPR Minta Sediakan Listrik Secara Merata dan Efisien

listrik PLN (ilustrasi)
JAKARTA – Menyambut Hari Ulang Tahun PLN ke-77, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta perusahaan plat merah ini dapat menyediakan listrik secara merata, efisien dan andal.
Meskipun kondisi keuangan yang kurang baik, ia mengharapkan PLN tidak mengurangi kualitas layanan kepada masyarakat. Sehingga pasokan listrik bisa terjamin.
“Permintaan, yang sekaligus harapan masyarakat kepada PLN, sebenarnya tidak banyak. Yang penting adalah terlaksananya pemerataan dan keadilan listrik, tarif listrik terjangkau daya beli masyarakat serta tidak byar-pet. Kita mendukung, agar PLN terus berkiprah untuk menerangi negeri,” kata Mulyanto kepada wartawan, Selasa (1/11/2022).
Politisi PKS ini mengingatkan hingga hari ini PLN masih punya PR terkait rasio elektrifikasi. Ia menyebut idealnya di usia ke 77 tahun PLN dapat meningkatkan angka rasio elektrifikasi yang masih berada di kisaran angka 90 persen.
Sehingga wilayah Indonesia bagian timur termasuk juga beberapa daerah di pulau Kalimantan sudah dapat menikmati listrik dan penerangan.
“PLN juga perlu melakukan efisiensi agar tarif listrik lebih terjangkau. Memang listrik PLN lebih murah dari listrik di Singapura, Thailand, Filipina, bahkan Kamboja,” ujarnya.
“Namun kalau dibandingkan dengan Malaysia, Vietnam atau bahkan Laos, listrik PLN masih jauh lebih mahal. Bahkan harga listrik di Malaysia hampir setengah dari harga listrik PLN,” ungkapnya.
Berbeda dengan Indonesia, terang dia, Malaysia selain menerapkan tarif listrik progresif, negeri Jiran tersebut juga menerapkan kebijakan dimana tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga lebih murah
“Nah ini jauh dibandingkan dengan harga listrik untuk bisnis. Di kita tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga lebih mahal dibandingkan tarif listrik untuk bisnis,” tuturnya.
Mulyanto mengharapkan, PLN dapat terus menjaga keandalan listriknya. Jangan kejadian pohon sengon yang roboh menyebabkan mati listrik se-pulau Jawa.
“Hal seperti ini jangan sampai terulang. Di usia yang semakin matang ini, PLN harus benar-benar dapat menarik hikmah dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Jangan sampai terulang kegagalan yang serupa,” paparnya.
Sebelumnya, karena pemerintah salah dalam menetapkan asumsi pertumbuhan permintaan listrik, maka PLN menjadi korban. Sampai hari ini, dampaknya masih terasa berupa over supply listrik dan utang perusahaan yang mencapai Rp600 triliun.
“Akibatnya, hari ini keuangan PLN tertekan dan kesulitan untuk pendanaan investasi bisnisnya,” ucapnya.
Mulyanto juga meminta agar PLN tidak sekedar gagah-gagahan dengan produksi listrik yang aman lingkungan namun kenyataannya sangat mahal.
“Krisis energi di Inggris, India dan China baru-baru ini adalah pengalaman yang berharga. Di tengah melambungnya harga gas dan BBM, negara-negara ini yang menyatakan siap untuk green energi, ternyata kembali membuka tambang batu bara dan menyalakan PLTU mereka,” paparnya.
“Bagi masyarakat kita, yang penting listrik merata, tarif terjangkau. Syukur-syukur bisa mendapat listrik yang bersih,” pungkasnya.
Laporan: Rani
Editor: Habib