Membedah Akar Masalah Tawuran, Kemiskinan dan Kesenjangan di DKI  Jakarta

 Membedah Akar Masalah Tawuran, Kemiskinan dan Kesenjangan di DKI  Jakarta

Oleh: Musni Umar, Sosiolog, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta

Pada tanggal 20 Februari 2018, Utji Sanusi, Ketua RW 01 Kelurahan Johar Baru Jakarta Pusat menelpon saya meminta agar dimediasi,  dia dan beberapa tokoh masyarakat mau  bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk membicarakan masalah tawuran di daerahnya.  Saya menyanggupi karena masyarakat Johar  Baru mempunyai sejarah yang panjang dengan saya sebagai sosiolog.

Menjelang akhir pemerintahan Fauzi Bowo sebagai Gubernur DKI Jakarta tahun 2013, para sosiolog seperti Imam Prasodjo, Paulus Wirutomo dan saya diundang oleh pemerintah DKI untuk melakukan penelitian di Johar Baru Jakarta Pusat dan di Manggarai Jakarta Selatan dan melakukan sosialisasi untuk meredam tawuran yang sangat marak saat itu.

Johar Baru merupakan sebuah kecamatan yang terdiri dari kelurahan Johar Baru, Kampung Rawa, Galur dan Tanah Tinggi yang sampai sekarang masih sering tawuran.

Beberapa hari lalu Wakil Gubernur DKI Jakarta berkunjung ke Kelurahan Galur dan memberikan sumbangan pribadi seekor sapi seberat 800 kg dengan janji, secara rutin akan membagikan sapi tiap kelurahan jika berhenti tawuran.

Kawasan Johar Baru merupakan bagian dari 220 kampung padat, kumuh dan miskin yang alm. AM Fatwa, anggota DPD RI menyebut dengan akronim Padkumis yang terdapat di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diprogramkan mau ditata dan dikembangkan oleh Gubernur Anies dan Wagub Sandi.

Semua kawasan tersebut mengandung banyak masalah sosial yang selama 50 tahun Indonesia membangun gagal mengubah nasib mereka.

Masalah Masyarakat

Kesalahan kita selama ini,  hanya melihat masalah yang terjadi. Tidak pernah mau mengungkap dan menyelesaikan akar masalah yang dialami masyarakat. Misalnya masalah tawuran yang sering terjadi dibeberapa kawasan di DKI Jakarta, sudah sering dikemukakan akar masalahnya, tetapi pemerintah hanya menghentikan peristiwanya dengan mengerahkan polisi. Bahkan beberapa hari lalu polisi menembak kaki remaja yang tawuran di Johar Baru.

Harus diakui  kita jarang membahas penyebab tawuran  dan menyelesaikan  penyebabnya.   Begitu juga masalah kemiskinan, kita tidak pernah mencari akar masalah mengapa banyak orang miskin dan gagal diatasi.

Begitu juga masalah kesenjangan, semua bicara tentang kesenjangan yang luar biasa terjadi di masyarakat  DKI Jakarta dan seluruh Indonesia, tetapi pembangunan yang dilakukan bukan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, tetapi justeru semakin menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

Sejatinya tawuran, kemiskinan,  kesenjangan dan banyak masalah sosial yang terjadi di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia sudah teratasi dengan pembangunan yang gencar dilakukan sejak era Orde Baru sampai era Orde Reformasi.

Pembangunan ekonomi yang dilakukan selama 50 tahun justeru gagal mengatasi masalah sosial yang dialami masyarakat sebelum dan sesudah Indonesia merdeka yaitu kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Mengapa pembangunan gagal di Indonesia? Jawabannya,  karena kunci kemajuan tidak diutamakan dalam pembangunan yaitu membangun masyarakat dengan ilmu seperti dikemukakan dalam Alqur’an surat Al ‘Alaq ayat 1-15 yaitu lima ayat yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW intinya “perintah membaca dan menulis”, yang merupakan kunci untuk mendapatkan ilmu.

Begitu pula Allah menceritakan dalam Alqur’an surat An Naml ayat 15 tentang kehebatan kerajaan Nabi Sulaiman dan Dawud seperti firmanNya “Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dari dari banyak hamba-hambaNya yang beriman”.

Peran Tokoh

Pembangunan memerlukan partisipasi masyakat terutama para tokoh.

Makna tokoh menurut kamus  besar bahasa Indonesja adalah orang terkemuka dan kenamaan.  Makna lain dari tokoh adalah pemegang peran (peran utama).

Di dalam sebuah negara,  masyarakat terpregmentasi ke dalam berbagai aktivitas dan  kelompok. Mereka yang mempunyai profesi yang sama pada umumnya mempunyai organisasi untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan mereka.  Setiap organisasi  atau kelompok memiliki tokoh, ada tokoh politik, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pengusaha, tokoh masyarakat dan lain sebagainya.

Di dunia pendidikan misalnya, juga mempunyai  tokoh yang disebut tokoh pendidikan.  Ketokohan seseorang dalam sebuah organisasi profesi,  pada umumny dipilih oleh anggota organisasi seperti organisasi guru “PGRI”.

Juga organisasi paling bawah di pemerintahan seperti RT dan RW, ketuanya dipilih dari tokoh  masyarakat di setiap lingkungan.

Para tokoh mempunyai pengaruh dilingkungannya. Mereka yang memegang kekuasaan dan  memiliki banyak uang dan suka menyumbang untuk kegiatan sosial, mempunyai pengaruh yang lebih besar ketimbang dari para tokoh kebanyakan.

Pertanyaannya, peran apa yang bisa dilakukan para tokoh untuk mengatasi masalah tawuran, kemiskinan dan kesenjangan?

Menurut saya, para tokoh dapat berperan untuk membantu mengatasi penyebab masalah sosial dan memajukan masyarakat bawah.

Pertama, menjadi jembatan untuk untuk menyampaikan dan memperjuangkan pemecahan akar masalah yang dihadapi masyarakat kepada mereka yang berkuasa.

Kedua, menjadi pencerah, penyadar dan pemberdaya masyarakat bawah dengan memberi ilmu dan semangat hidup kepada mereka.

Ketiga, memberi solusi dan jalan keluar kepada masyarakat terhadap masalah yang dihadapi diminta ataupun tidak diminta.

Keempat, menggalang solidaritas dan kependulian masyarakat kelas menengah dan atas untuk membantu masyarakat bawah terutama para pemuda  untuk memperoleh pendidikan kepakaran sehingga mampu membuka usaha sendiri dan atau bekerja pada pihak lain.

Kelima, terlibat langsung ataupun tidak langsung memajukan anak-anak mereka untuk mendapat pendidikan formal yang tinggi sebagai sarana meraih ilmu pengetahuan dan kemajuan.

Dengan melakukan lima hal yang dikemukakan, maka secara langsung atau tidak langsung, para tokoh telah berkontribusi mengatasi tawuran, kemiskinan dan kesenjangan di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia.

Allahu ‘alam bisshawab

Berita Terkait