OPINI : Geopolitik Posisi Pelabuhan Internasional di Indonesia
Oleh ;
Makbul Muhammad ST*
Pelabuhan menjadi sketsa perkembangan ekonomi di daratan, sebagai pintu gerbang arus masuk dan keluarnya hasil produksi maupun kebutuhan ekonomi di daratan, maka negara-negara maju di dunia menjadikan pelabuhan sebagai salah satu pilar untuk menopang perekonomian negaranya atau bahkan beberapa negara memanfaatkan letak geografinya yang stategis dengan membangun pelabuhan untuk memanfaatkan jalur perdagangan dunia seperti negara Singapura.
Posisi pelabuhan internasional di Indonesia yang dioperasikan saat ini, seperti pelabuhan tanjung priok Jakarta, pelabuhan tanjung perak Surabaya, pelabuhan tanjung emas Semarang, dan pelabuhan Soekarno Hatta Makassar secara geografis berada dalam gugusan kepulauan Indonesia. Alhasil orientasi pelabuhan internasional ini pun hanya biasa dimaksimalkan sebagai tulang punggung konektivitas pelayaran nasional.
Historis posisi pelabuhan di Indonesia tidak lepas dari politik maritim kolonial sebagai upaya menghentikan bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim dengan menutup akses nusantara ke jalur-jalur strategis perdagangan dunia.
Ironisnya 70 tahun Indonesia merdeka, bangsa ini masih mempertahankan posisi pelabuhan internasional didalam gugusan pulau yang sama sekali mengabaikan unsur geopolitik perdagangan di kawasan maupun dunia yang mengakibatkan pelabuhan Indonesia tidak menyambut lalu lintas perdagangan dunia seperti di selat malaka dan samudera pasifik.
Bahkan ada beberapa pelabuhan baru yang di kembangkan barbasis teknologi tinggi tetapi juga mengabaikan aspek geopolitik seperti pelabuhan Teluk Lamong di Jawa Timur. Pelabuhan teluk lamong ini di sebut sebagai pelabuhan tercanggih di Asia Tenggara, bahkan pihak Singapura pun penasaran dan berkunjung untuk melihat langsung bagaimana sistem operasi pelabuhan yang dibangun dengan biaya 23 triliun rupiah tersebut. Jika pelabuhan berteknologi tinggi ini dibangun di luar gugusan pulau, misalnya seperti di bagian lintasan selat Malaka maka posisi pelabuhan ini bisa langsung mengakses pengiriman logistik ekspor inpor Indonesia tanpa harus melalui pelabuhan transfer logistik di singapura.
Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dalam dimensi pelabuhan seharusnya mempertimbangkan aspek geopolitik. Misalnya mempertimbangkan bagaimana Indonesia memanfaatkan posisi silang antar benua dan samudera, dan tentunya bagaimana memanfaatkan selat Malaka sebagai jalur perdagangan dunia, dan perkembangan perdagangan dunia di samudera pasifik. Maka suatu hal yang mendesak untuk mengarahkan pembangunan pelabuhan internasional di luar gugusan pulau, misalnya di wilayah Barat Indonesia (Pulau Sumatera) untuk menyambut alur logistik Internasional di selat Malaka, dan pembangunan pelabuhan Internasional di Timur Indonesia misalnya di Sulawesi bagian utara untuk menyambut alur logistik di Samudera Pasifik.
Konsep pelabuhan ini pun harus didesain bukan hanya melayani kepentingan distribusi logistik, tetapi juga sebagai pelabuhan transit (antara) yang dapat memfasilitasi kebutuhan pelayaran Internasional seperti pengisian bahan bakar, kebutuhan pelayaran, pelayanan keagenan kapal, dan reparasi kapal. Agar pelabuhan ini dapat disinggahi sebagai representasi kebutuhan pelayaran internasional.
Dengan merelokasi posisi pelabuhan internasional Indonesia di luar gugusan pulau, ini harus in line dengan penempatan pos-pos pertahanan dan keamanan maritim dengan posisi pelabuhan tersebut, sebagai upaya mengamankan ekonomi dan kepentingan nasional Indonesia di laut.
Makbul Muhammad ST.
– Direktur Maritime Research Institute (MARIN Nusantara)
– Alumni Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin