Pendeta Saefudin Nista Agama Islam, Yandri Susanto Minta Polisi Tangkap Pelakunya

 Pendeta Saefudin Nista Agama Islam, Yandri Susanto Minta Polisi Tangkap Pelakunya

JAKARTA – Dunia maya kembali terusik dengan viralnya sebuah video seorang pria yang meminta 300 ayat suci Al-Qur’an dihapus saja. Sontak netizen di media sosial (medsos), khususnya yang beragama Islam geram dengan video viral tersebut.

Sebagai infomasi, hingga kini pihak aparat kepolisian tengah mendalami terkait video itu. Apapagi pria yang memakai kaus hitam membahas terkait masalah terorisme serta radikalisme. Pria itu juga meminta Kementerian Agama mengatur ulang kurikulum yang ada di pondok pesantren (ponpes).

“Sumber kekacauan ini semua yakni kurikulum yang tak benar. Bahkan kita tahu kurikulum di pesantren Pak (Menteri Agama Yaqut), jangan takut untuk merombaknya. Bapak (Menteri) periksa, dan ganti saja guru-gurunya,  karena pesantren-pesantren itu telah melahirkan kaum radikal semua,” ucap pria itu dalam video yang kemudian dikenal sebagai Pendeta Saefudin Ibrahim.

Oleh Ketua Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PAN Yandri Susanto sudah menonton video itu mengaku miris karena masih ada komentar semacam itu di ranah publik. Untuk itu, Yandri mendesak aparat penegak hukum segera menangkap saja pria yang ada dalam video tersebut.

Menurut Yandri, pria yang telah meminta 300 ayat Al-Qur’an dihapus adalah pernyataan yang menistakan agama. Ia ingn agar aparat kepolisian menindak pria yang kemudian dikenal namanya Saefudin Ibarahim, seorang pendeta.

“Kita sudah nonton videonya karena sudah viral ke mana-mana. Ini sangat jelas-jelas telah menista ajaran agama umat Islam. Untuk itu, aparat kepolisian perlu segera menangkap serta menindak tegas pria ini yang belakangan kita kenal seorang Pendeta bernama Saefudin Ibrahim,” jelas Yandri pada Lintas Parlemen, Rabu (16/3/2022).

Yandri yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum PAN ini tidak sepakat dengan pernyataan Pendeta Saefudin itu yang menyebut pondok pesantren sebagai sumber terjadinya teroris. Ia mengecam pendeta tersebut karena telah menyakiti hati umat Islam, khususnya ulama yang telah mendidik anak bangsa.

“Saya sangat mengecam dan tidak sepakat dengan pernyataan Bapak Pendeta Saefudin Ibrahim yang menyebut bahwa pesantren itu sumber utama pelaku teroris. Karena kami, pernyataan Pak Pendeta Saefudin itu telah menyakiti ulama dan para kiai di pesantren yang telah berjibaku selama ini mendidik umat, juga para santri untuk mengabdi pada umat, bangsa juga negara,”  jelas Yandri.

Yandri mengungkapkan, di Indonesia terkait persoalan toleransi dalam beragama sudah selesai. Sehingga tidak patut lagi ada terjadi penistaan agama di negeri ini. Ia pun menyayangkan masih terjadinya tindakan tidak saling menghormati antarpenganut umat beragama di Indonesia.

“Untuk itu, jangan diberi ruang sedikit pun kepada mereka yang telah mengusik serta terus memprovokasi kehidupan beragama di Indonesia yang telah barjalan baik selama puluhan tahun yang lalu,” pinta Yandri. (HMS)

 

Berita Terkait