Sodorkan Ganjar Jadi Cagub DKI, PDIP Mainkan Kode Keras?
Ada hal menarik saat PDIP menyodorkan beberapa nama yang dinilai layak bertarung dalam pilkada DKI, salah satu nama yang muncul adalah Ganjar Pranowo, tokoh yang belakangan ini sedang menikmati panen elektabilitas sebagai capres, dalam beberapa survei nama Ganjar Pranowo selalu berada di urutan tiga besar, berbanding terbalik dengan Puan Maharani, tokoh PDIP lainnya yang digadang maju sebagai capres namun elektabilitasnya masih sukar beranjak dari papan bawah. Secara kasat mata langkah partai berlambang banten merupakan hal lumrah mempersiapkan diri menghadapi pilkada, setiap partai sah-sah saja mengajukan calon, terlebih Ganjar tidak menjadi calon tunggal, ada nama-nama lain juga yang disodorkan PDIP untuk bertarung memperebutkan kursi DKI satu, namun jika dianalisis secara mendalam maka ceritanya pasti akan berbeda.
Mungkinkah PDIP sedang memainkan kode keras kepada Ganjar Pranowo? Sangat mungkin. Sudah menjadi konsumsi publik bila PDIP secara struktur partai memperlihatkan kecenderungan kuat untuk mendorong Puan Maharani sebagai capres, baliho sang putri mahkota bahkan sudah tersebar dimana-mana, kritik yang sempat ramai dialamatkan kepada baliho Puan Maharani tidak mengurangi semangat PDIP untuk terus menghantam ruang publik dengan baliho, pesan yang tertera dalam baliho sangat jelas, Puan Maharani adalah capres. PDIP berusaha dengan sangat keras memberikan pesan ke publik bahwa hanya Puan Maharani yang akan diusung sebagai capres, Adapun bila kader PDIP lainnya yang juga berniat nyapres, maka sebaiknya bersabar menunggu giliran selanjutnya, namun bila tetap ngotot maka silakan cari kendaraan lain.
Pada saat yang sama, Ganjar Pranowo selaku kader PDIP juga memperlihatkan keinginan untuk maju sebagai capres, fakta ini susah ditampik, bahkan ketika Ganjar berusaha menampiknya maka PDIP tetap menilai Ganjar berniat nyapres, tentu hal ini sangat mengganggu ritme di internal PDIP, solidaritas kader untuk mendukung Puan Maharani bisa rusak, bebrapa petinggi partai kemudian melakukan manuver, mereka memberikan pernyataan terbuka agar Ganjar mengurungkan niatnya maju sebagai capres, tetapi manuver itu sepertinya tidak cukup ampuh menghentikan langkah Ganjar untuk nyapres, relawan pendukung ganjar justru makin ramai bermunculan, mereka mendeklarasikan Ganjar sebagai capres.
Hal ini tentu membuat petinggi PDIP makin terusik, maka diambillah langkah selanjutnya, mengusulkan Ganjar sebagai calon gubernur DKI. Ini ibarat komunikasi politik kepada kader tapi dalam bentuk yang lebih menekan, pesannya sangat jelas, Ganjar dituntut menghentikan ambisinya untuk menjadi capres, dalam perspektif lain manuver PDIP ini bisa juga ditafsirkan sebagai bentuk peringatan PDIP kepada kadernya yang dinilai tidak taat kepada instruksi partai, Ganjar Pranowo yang seorang Gubernur Jawa Tengah tiba-tiba disodorkan namanya untuk nyalon menjadi Gubernur DKI, artinya tidak ada kenaikan kasta, dari gubernur ke gubernur, Jateng merupakan salah satu episentrum politik di Indonesia, posisinya hampir sama dengan DKI yang juga merupakan episentrum politik Indonesia, seandainya Ganjar adalah gubernur di daerah yang tidak menjadi episentrum politik di Indonesia kemudian didorong maju di DKI, maka hal tersebut masih relatif rasional. Apakah Ganjar memang merasa tertekan dengan manuver yang diarahkan kepada dirinya? Hanya Ganjar Pranowo yang lebih paham, yang lain hanya bisa mengira-ngira.
Zaenal Abidin Riam
Pengamat Kebijakan Publik/Koordinator Presidium Demokrasiana Institute