Merdeka dari Kemiskinan

 Merdeka dari Kemiskinan

Oleh: Musni Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta

Pada 9 Maret 2018, saya menjadi narasumber dalam dialog interaktif yang bertema “Manajemen Konflik dan Penanggulangan Konflik Sosial bagi Masyarakat” yang diikuti ratusan ketua RT, Ketua RW dan Ketua LMK dari Kotamadya Jakarta Timur yang  dilakasanakan oleh  Badan Kesbangpol Jakarta Timur di Hotel Grand Prioritas Puncak Jawa Barat.

Sugiri, peserta dialog ketika memulai  berbicara yang disaksikan teman-temannya telah mengepalkan tangan dan memekikkan suara merdeka merdeka merdeka.  Selanjutnya dia mengucapkan merdeka dari kemiskinan, merdeka dari  kebodohan, merdeka dari keterbelakangan.  Dia lalu bertanya kepada saya, bagaimana strateginya agar kita merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kebodohan dan merdeka dari keterbelakangan?

Merdeka dari Kemiskinan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merdeka artinya bebas (dari perhambaan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat, tidak tergantung kepada  orang atau pihak tertentu, leluasa.

Dari arti merdeka di atas,  jika dikaitkan dengan kalimat merdeka dari kemiskinan, maka yang dimaksud ialah bebas dari kemiskinan.

Pertanyaannya, bagaimana strateginya supaya merdeka atau bebas dari kemiskinan?

Para ilmuan berbeda strategi dalam mengatasi masalah kemiskinan. Ilmuan Indonesia jebolan dari Berkeley University, Amerika Serikat seperti Ali Wardhana, Widjojo Nitisastro dan lain-lain mengambil strategi untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan melalui pembangunan ekonomi.

Strategi itu dijalankan Indonesia selama 52 tahun, yaitu 32 tahun di era Orde Baru dan 20 tahun di era Orde Reformasi.  Hasilnya kita saksikan dan rasakan bahwa bangsa Indonesia yang benar-benar sudah merdeka dari kemiskinan baru 20 persen, 40 persen baru merdeka dari kemiskinan, tetapi kalau ada gejolak apalagi krisis ekonomi mereka segera jatuh miskin, sementara 40 persen belum pernah merdeka dari kemiskinan, begitu kata ekonom Rizal Ramli.

Para pendiri negara kita mengamanatkan empat tujuan Indonesia merdeka yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang  berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dari tujuan Indonesia merdeka tersebut saya berpendapat bahwa strategi membangun Indonesia harus merujuk langsung kepada pencapaian  tujuan Indonesia yaitu pembangunan manusia Indonesia.  Untuk mewujudkan  hal itu, maka strategi mengentaskan  kemiskinan lebih  tepat jika mengacu pada strategi People Centered Development yang diintrodusir oleh David Korten tahun 1984.

Pembangunan yang berpusat pada  manusia bisa memberdayakan dan memajukan manusia.  Oleh karena  pembangunan yang berpusat pada manusia, pasti diberikan  pendidikan formal atau non formal.   Pendidikan merupakan kunci untuk memerdekakan manusia dari kemiskinan.

Dengan pembangunan yang berpusat pada manusia, maka manusia akan memiliki kualitas.  Kalau manusia sudah berkualitas, maka bisa mengubah dirinya dan keluarganya dari miskin menjadi tidak miskin sebab bisa menciptakan pekerjaan sendiri atau bekerja pada orang lain.

Allahu a’lam bisshawab

Facebook Comments Box