Usai Pemerintah Gelontorkan Dana Restrukturisasi Rp23,67 Triliun, Achmad: Nasib PT Garuda Indonesia Kini Tanggung Jawab Penuh Direksi
JAKARTA — Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Achmad menegaskan nasib PT Garuda Indonesia kini berada pada tanggung jawab penuh direksi usai pemerintah menggelontorkan dana restrukturisasi sebesar Rp23,67 triliun.
Menurut Achmad, dana jumbo tersebut sebagai bentuk keberpihakan negara sekaligus pengorbanan atas alokasi anggaran yang semestinya juga dibutuhkan sektor lain, terutama pendidikan dan kesehatan.
“Pemerintah sudah mengorbankan 23,67 triliun untuk meningkatkan (pelayanan maskapai Garuda), (dengan) mengorbankan (dana) pendidikan (dan) kesehatan. Nah, maksud kami dengan dana Rp23,67 triliun ini, (agar) betul (dikelola) dengan sungguh-sungguh dan serius,” kata Achmad kepada wartawan, Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Achmad menilai penempatan dana negara sebesar itu menuntut keseriusan ekstra dari manajemen baru. Ia mengatakan, harapan publik kini bertumpu pada kemampuan Garuda menempatkan diri sebagai primadona penerbangan nasional, dapat diandalkan, memiliki pelayanan unggul, dan menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia.
Lebib lanjut, Achmad mengapresiasi paparan direksi terkait arah transformasi perusahaan, khususnya konsep Transpositional Empowerment berbasis empat pilar, yaitu service, business, operational, dan digital. Namun ia menekankan bahwa konsep tersebut tidak boleh hanya berhenti sebagai strategi atas kertas, tetapi harus menjadi landasan nyata perbaikan layanan, efisiensi, dan daya saing Garuda.
Untuk itu, Achmad juga meminta penjelasan rinci terkait jumlah armada yang benar-benar siap beroperasi menyambut lonjakan mobilitas jelang natal dan tahun baru (nataru). Ia mengingatkan agar tidak terjadi delay maupun kendala teknis yang berpotensi mengganggu kenyamanan penumpang. Ia menyinggung insiden penerbangan haji di Makassar, di mana pesawat harus kembali ke bandara hanya beberapa menit setelah tinggal landas. Evaluasi teknologi dan keamanan, menurutnya, harus menjadi prioritas.
Ia juga turut menggarisbawahi pernyataan direksi bahwa Garuda tidak akan menambah armada baru, tetapi juga fokus pada optimalisasi pesawat yang sudah tersedia. Bagi Achmad, itu berarti seluruh anggaran pembenahan harus diarahkan agar armada eksisting berfungsi maksimal.
“Tadi disampaikan bahwa konsen Bapak bukan membeli pesawat baru, tetapi bagaimana pesawat yang sekarang ada, fungsionalnya maksimal sehingga dana itu diarahkan untuk memperbaiki armada yang (sudah) ada,” tutur Achmad.
