Londo Ireng dalam Ribuan Kata untuk Menjelaskan Sosoknya

Hari ini, terantuk rasa tenang rakyat dengan dua berita viral dan penuh tekanan emosi: kelangkaan gas tabung melon yang memang sengaja untuk konsumsi rakyat kecil, dan pagar laut yang belom jelas juntrungan dan akhir kisahnya, selain kita meraba² bahwa pada akhirnya akan cincai dan dilenyapkan dari ingatan rakyat karena banyak tuhan-tuhan dari ras Londo Ireng yang bisa keserempet dari ketenangannya.
Baik pagar laut maupun kelangkaan gas melon, itu semua terkait dengan kerjanya si Londo Ireng. Maka bukan tak mustahil, kelangkaan gas melon sengaja dibuat oleh si Londo Ireng guna membantu menutup sorotan rakyat atas isu pagar laut yang tak ketulungan.
Pagar Laut oleh PIK2 barang tentu merembet menyorot Aguan. Tapi hendaklah kalian mengerti: Aguan sebagai aktor ekonomi politik tidak akan maujud, jika Londo Ireng tidak maujud. Londo Ireng bisa jadi ular berbadan banyak dengan satu ekor, jadi pengasuh yang membesarkan orang seperti Aguan, jadi cukong di atas, bahkan berada sebagai maha bosnya orang sperti Aguan walau tdk berani menampakkan batang hidung karena takut juga dengan sorot mata rakyat (khas pengecutnya Londo Ireng), jadi Bang Puase dalam kisah Nyai Dasima, jadi Mbak Tarmi, jadi tukang sulap dalil-dalil agama untuk menggoyahkan keyakinan rakyat, jadi tukang olah kata dan pasal-pasal peraturan dengan mimik wajah yang dipaksakan seolah benar pendiriannya, atau jadi APDESI…
Inilah Londo Ireng, merupakan bagian sejarah lama kita yang tak pernah terkikis, jika bukan makin berkembang biak. Ada yang masih baru belajar berbicara, sudah pula jadi Londo Ireng dengan lancungnya.
Penyakit jiwa Londo Ireng, jika dia berkasta tinggi, suka betul dimanja dan dijinakkan dengan uang dan pujapuji. Jika ia berkasta rendah, suka betul mematut-matutkan diri sebagai pembantu dan pelayan yang maha patuh dan berpresisi memuaskan si tuan besarnya.
Oh Londo Ireng, mengapa kuman ini tetap membiak dalam tubuh loyo bangsa ini?
Bila Londo Ireng berkuasa, maka rakyat sesama Londo Ireng baginya tak lebih daripada ternak dan piaraannya. Kapan waktu dia suka dihalaunya seperti kambing, dihalaunya. Kapan waktu dikasinya rumput-rumput penuh gizi, dikasinya. Tetapi semua itu, hnya utk keuntungan dirinya sendiri, jika tiba musim kurban, dijualnya kambing-kambing itu dengan memamerkannya di para orang yang liwat, baik mau beli itu kambing atau sekedar menaksir-naksir sahaja.
Atau bila dia lapar, si Londo Ireng ini akan menyembelih piaraan dan ternaknya buat perutnya kenyang seperti tong plastik. Sama sekali tidak berprikemanusiaan si Londo Ireng itu. Karena sebenarnya Londo Ireng tidak lebih daripada binatang yang berakal.