Menggagas Peran Mahasiswa: Pilar Pengawal Kedaulatan dan Integritas Demokrasi
JAKARTA -Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Jakarta Utara Johan Bahdi P.MS menyampaikan kembali strategis peran fundamental mahasiswa sebagai salah satu pilar utama pengawal demokrasi di Indonesia.
Pandangan ini terangkum dalam sebuah diskusi internal bertema provokatif: “Mahasiswa, Pahlawan atau Penghancur Demokrasi?” yang digelar beberapa waktu lalu.
“Pertanyaan tersebut bukanlah sebuah vonis, melainkan sebuah refleksi mendalam mengenai tanggung jawab besar yang diemban oleh kaum intelektual muda. Sejarah telah mencatat bahwa gerakan mahasiswa ada di Indonesia sejak tahun 1908, dan mencapai puncaknya pada tahun 1998, berhasil menjadi kekuatan yang memaksa perubahan kepemimpinan nasional. Inilah bukti nyata bahwa mahasiswa adalah ‘Agen Perubahan’ yang sesungguhnya,” kata Johan Bahdi P.MS.
“Mahasiswa sebagai Katalisator Demokrasi yang Berintegritas Bawaslu Kota Jakarta Utara memandang mahasiswa bukan sekadar generasi penerus, melainkan motor penggerak pembangunan yang berlandaskan nilai-nilai kebangsaan dan moralitas,” sambung Johan.
Menurut Johan, peran strategis mahasiswa dalam memajukan bangsa mencakup spektrum yang luas, khususnya dalam menjaga kesehatan ekosistem demokrasi:
Pendorong Partisipasi Politik: Mahasiswa aktif mendorong partisipasi politik masyarakat, bertindak sebagai agen perubahan dengan mengorganisir kegiatan yang meningkatkan kesadaran politik publik.
Ia juga menjelaskan, mahasiswa berperan sebagai mata dan telinga rakyat, melakukan pemantauan kritis terhadap kebijakan dan program pemerintah, serta menyuarakan kritik yang konstruktif.
“Penyambung Aspirasi Rakyat (Mouthpiece of Society): Mahasiswa memiliki peran vital sebagai jembatan yang menyalurkan suara dan hak-hak masyarakat yang terabaikan.
Menjaga Nilai Kepahlawanan Mahasiswa
Untuk memastikan peran mahasiswa tetap berada pada koridor kepahlawanan, yaitu menjaga dan meneruskan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan, Bawaslu mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan optimal. Hal ini dapat diwujudkan melalui:
Pendidikan dan Penelitian: Mengeksplorasi isu-isu sosial, politik, dan ekonomi, serta menyumbangkan ide-ide baru dan solusi kritis melalui karya ilmiah,” paparnya.
Lebih lanjut, Johan Bahdi P.MS mengajak seluruh civitas akademika di wilayah Jakarta Utara untuk meningkatkan keterlibatan dalam setiap tahapan pengawasan Pemilu.
“Marilah kita bersama-sama memperkuat sinergi antara Bawaslu dan Mahasiswa. Jadikan intelektualitas sebagai senjata, dan integritas sebagai perisai. Bersama Bawaslu, mari kita pastikan Jakarta Utara menjadi laboratorium demokrasi yang bersih, adil, dan bermartabat. Mahasiswa adalah harapan bangsa, bukan penghancur cita-cita luhur pendiri bangsa,” terangnya.
Sementara itu, Mantan anggota KPU DKI jakarta 2013-2018 Mohammad Fadillah menilai jahasiswa saat ini mungkin tidak lagi mengangkat senjata seperti para pahlawan dahulu. Namun, mereka memikul tanggung jawab yang tak kalah besar, menjadi penjaga nurani bangsa. Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan zaman.
“Mahasiswa adalah motor perubahan yang mampu mengubah keresahan menjadi gerakan, kritik menjadi solusi, dan gagasan menjadi aksi nyata. Hari Pahlawan mengingatkan bahwa keberanian tidak selalu tentang perang, tetapi tentang konsistensi menjaga kebenaran, keberpihakan pada rakyat, dan keberanian menyuarakan yang benar meski tidak populer,” ujar Fadillah.
“Mahasiswa adalah pahlawan masa kini—bukan karena gelar atau atribut, tetapi karena keberaniannya berpikir kritis, bertindak etis, dan berjuang untuk masa depan Indonesia yang lebih adil dan bermartabat,” tutup Fadillah.