Tudang Sipulung Alumni Pesantren Darul Istiqamah, Ketum IKA Darul Istiqamah Prof Munawir: Kita Harus Jadi Kekuatan Independen, Perekat Umat sebagai Agen Perubahan

 Tudang Sipulung Alumni Pesantren Darul Istiqamah, Ketum IKA Darul Istiqamah Prof Munawir: Kita Harus Jadi Kekuatan Independen, Perekat Umat sebagai Agen Perubahan

JAKARTA –  Ketua Umum DPP Ikatan Alumni Pesantren (IKA) Darul Istiqamah, Prof. Dr. H. Munawir Kamaluddin, MA., MH ikut menghadiri  acara Tudang Sipulung alumni Pondok Pesantren Darul Istiqamah yang digelar di aula Al-Markaz Al-Islami, Sinjai, Sulsel, Ahad (8/6/2025) kemarin.

Menurut Munawir, Tudang Sipulung itu yang  dihadiri sejumlah tokoh penting dan alumni lintas generasi itu menjadi ruang refleksi ini sekaligus afirmasi komitmen bersama untuk memperkuat peran Ikatan Alumni (IKA) sebagai pilar strategis umat.

“IKA adalah rumah besar kita bersama. Di dalamnya tidak boleh ada sekat-sekat kepentingan atau polarisasi. Kita hadir untuk mempersatukan, bukan memecah; untuk menguatkan, bukan melemahkan,” kata Prof Munawir hadapan ratusan alumni yang hadir dalam orasi kebangsaan dan kebersamaan itu.

Dengan suara lantang, Munawir menegaskan bahwa IKA bukan sekadar forum nostalgia atau ajang temu kangen melainkan wadah pengabdian kolektif, sarana konsolidasi moral dan intelektual

“Serta platform pemberdayaan yang netral dan independen.IKA adalah rumah besar kita bersama. Di dalamnya tidak boleh ada sekat-sekat kepentingan atau polarisasi. Kita hadir untuk mempersatukan, bukan memecah; untuk menguatkan, bukan melemahkan,” jelas Munawirm

Acara ini menjadi makin berkesan karena turut dihadiri tokoh-tokoh penting seperti KH. Fadhlullah Marzuki, M.Pd selaku inisiator acara, Muslim Kahar Muzakkar sebagai salah satu deklarator IKA, serta para pimpinan pesantren cabang seperti Ust. Mahmuddin (Palopo), Ust. Nasrullah Nonci (Patahoni), Ust. Mustakim Najamuddin (Darul Ihsan Sinjai), dan Mudzakkir Halid, Lc (Pucee, Sinjai Selatan).

Hadir pula akademisi dari IAIN Bone, Dr. Aminullah Sirajuddin, serta perwakilan alumni dari berbagai daerah termasuk Dr. Ihwan Bahar dari Bulukumba. Kehadiran seorang syekh dari Kuwait yang memberikan tausiyah spiritual dan Ibu Hj. Andi Mutahharah, istri pendiri pesantren, turut menambah haru dalam kebersamaan itu.

Dalam pidatonya, Prof Munawir memaparkan tiga fungsi utama IKA yang harus menjadi kompas gerak seluruh alumni. Pertama, Silaturahmi dan Persaudaraan.

“IKA harus menjadi simpul pengikat lintas generasi, lintas profesi, dan lintas pemikiran. Di sana kita menemukan kembali rasa kekeluargaan yang memberi kekuatan,” terang Munawir.

Kedua, Kontribusi dan Pengabdian. Di mana
IKA Darul Istiqamah sebagai jembatan antara alumni dan almamater. Bentuk pengabdian bisa berupa dukungan pendidikan, beasiswa, pembangunan fasilitas, hingga mentoring generasi santri baru.

“Kolaborasi dan Pemberdayaan.
IKA harus menjadi ladang kerja sama dalam karier, dakwah, ekonomi, dan sosial. Potensi besar yang tersebar di kalangan alumni harus diorganisasi menjadi kekuatan umat yang nyata,” tegas Munawir.

Prof Munawir mengingatkan bahwa organisasi bukan sekadar struktur, tetapi merupakan manifestasi peradaban. Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW. “Yadullāhi ma‘al-jamā‘ah” Tangan Allah bersama orang-orang yang berjamaah. (HR. Tirmidzi),” ucapnya.

Pesan ini, lanjutnya, adalah isyarat bahwa keberkahan akan turun jika kita bersatu, menyatu dalam gerakan, dan saling menopang dalam jalan kebaikan. IKA, baginya, adalah jamaah intelektual yang harus terus bergerak dan menjadi kekuatan transformasi di tengah umat.

Tak hanya itu, Munawir menekankan bahwa IKA juga memiliki misi sebagai penjaga moderasi dan keseimbangan di tengah dunia yang kian kompleks dan terpolarisasi. Alumni pesantren, menurutnya, tidak boleh larut dalam nostalgia belaka, tetapi harus mampu menjadi penggerak, pelurus arah, dan pengisi ruang-ruang kosong dalam pembangunan sosial dan spiritual masyarakat.

“IKA adalah narasi besar tentang Islam rahmatan lil ‘alamin, tentang pesantren sebagai benteng moral bangsa, dan tentang alumni sebagai agen perubahan sosial,” tandasnya.

Sebagai penutup, ia menyerukan beberapa langkah konkret yang harus segera dilakukan yakni pertama, menghimpun dan memperkuat jaringan alumni di berbagai bidang.

“Kedua,Aktif memberi kontribusi ke almamater. Ketiga, menyusun program berbasis kebermanfaatan: pelatihan, beasiswa, pembinaan, dan pemberdayaan ekonomi. Keempat, membangun struktur IKA yang profesional, transparan, dan kredibel. Dan kelima, mengubah gagasan menjadi gerakan nyata, menyatukan potensi dan menyusun kekuatan dalam satu arus besar kemaslahatan,” jelas Munawir.

Ia pun menegaskan bahwa keberhasilan IKA bukanlah milik satu orang, melainkan tanggung jawab bersama. Dengan bijak, ia menutup sambutannya dengan petuah Bugis:

“Sipakatau, sipakainge, sipakalebbi.”
Saling memanusiakan, saling mengingatkan, dan saling menghormati.

Dalam suasana yang penuh semangat namun juga haru, banyak peserta yang larut dalam refleksi bahwa momen pertemuan ini bukan sekadar seremonial, tetapi langkah awal menyusun kekuatan baru yang lahir dari rahim pesantren untuk Indonesia dan dunia.

“Santri yang visioner bukanlah mereka yang larut dalam kejayaan masa lalu, tapi mereka yang mampu bangkit, memberi warna, dan menunjukkan nilai dirinya sebagai penerus estafet perubahan,” tutup Munawir.

 

 

Facebook Comments Box