Duit Itu Magic Bagi Jiwa Manusia

Alkisah menurut teori, duit ditemukan seiring perkembangan masyarakat manusia. Duit diciptakan secara kreatif untuk mengatasi ribetnya pertukaran kebutuhan antar manusia yang tadinya barter (barang tukar barang).
Dicarilah benda yang tahan lama, artistik dan berharga bagi peradaban manusia, untuk menjadi pengukur dan penukar nilai atas barang yang dipertukarkan, dan ketemu logam emas dan perak. Kedua logam ini memang sangat tepat diajukan sebagai pengukur nilai karena kelangkaannya sekaligus kemudahannya untuk dicetak sebagai kepingan koin.
Lama kelamaan, perhatian manusia bukan lagi kepada bahan kebutuhan, tapi mulai menyadari dahsyatnya alat tukar ini bilamana dikuasai. Maka berbondong-bondonglah manusia menyimpan logam-logam ini dengan maksud untuk menguasainya sekaligus menguasai barang-barang kebutuhan, karena setiap kebutuhan apa saja, sekarang setelah duit demikian determinan, dapat dibeli dan diakses sedemikian rupa.
Timbullah kegiatan menabung, halmana sebelumnya kegiatan ini belum dikenal karena manusia dapat secara langsung mengambil kebutuhannya dari alam. Dari menabung inilah kemudian muncul lembaga bank dan kemudian bermetamorfosis menjadi bermacam-macam fungsi dan peranan.
Duit yang tadinya bernilai intrinsik, kemudian berkembang sedemikian rupa menjadi kertas layaknya kwitansi, kartu plastik ATM, hingga angka-angka tercatat dalam simpanan digital dan online yang tidak bernilai intrinsik lagi.
Sejak awal kelahiran duit, dia sudah diback up dan dijamin oleh suatu kekuasaan yang mengeluarkannya. Lama kelamaan, duit atau uang identik dengan eksistensi negara dan kekuasaan yang memegang negara. Sekarang, hampir tidak mungkin lagi kita melakukan pertukaran kebutuhan melalui barter, walaupun sebenarnya bisa saja jika di antara dua pihak yang bertransaksi tersebut menghendaki dan menyetujui cara ini.
Misalnya, kita menginginkan sebuah jabatan DPRD Kabupaten hasil PAW dengan menukarkan 100 hektare kebun sawit plus dengan angkong lima dan pick up satu buah, itu bisa saja terjadi. Tapi orang sudah memilih mengagunkan aset tersebut ke Bank Mandiri, lalu Bank Mandiri membereskan kebutuhan uang yang diperlukan untuk membeli jabatan tersebut.
Lagi pula, dengan aset sebesar itu diagunkan ke Bank Mandiri, seseorang sudah mendapatkan jumlah uang dan bisa menahannya, memutarnya atau mentrasfernya ke pihak yang bersangkutan dengan urusan.
Dengan menyadari demikian dahsyatnya kekuatan duit ini, orang-orang pun terbuai dan tergila-gila. Semua aktivitas manusia, lama kelamaan tak bisa terjadi tanpa ditopang oleh uang, apalagi menyangkut pertukaran kebutuhan. Uang laiknya darah bagi tubuh manusia. Dia begitu perkasa.
Karena melekatnya peranan duit dalam kehidupan manusia, duit bisa membuat manusia tiba-tiba: dari sedih menjadi gembira dan sebaliknya. Dia bisa membuat permusuhan menjadi perkawanan dan sebaliknya. Dia bisa membuat keonaran menjadi ketertiban dan sebaliknya.
Dia bisa membuat yang jelek menjadi tampan. Dia bisa membuat hal yang jijik menjadi hal yang menggiurkan. Dia bisa membuat penjahat menjadi bercitra saleh. Dia bisa membuat kesombongan dan kebengisan menjadi keramahan. Dia bisa membuat si gembel menjadi raja yang dipuja.
Duit membuat si hina menjadi Yang Mulia. Bahkan dia bisa memperbudak Yang Tadinya Mulia di hadapan si Hina Dina, hanya karena duit. Dia bisa menembus labirin birokrasi yang rumit menjadi laiknya jalan berkarpet merah. Dia bisa menaklukkan hati penguasa di manapun jika duit sudah berbicara. Dia nyaris membuat hal yang mustahil menjadi hal yang faktuil dan riil. Pokoknya apa saja dia nyaris bisa menyulap dan menyihirnya.
Duit bagaikan tongkat ajaib yang membelah laut merah guna membebaskan kaum Nabi Musa AS. Apalagi yang tidak bisa diubah dan disulap oleh duit, hampir semuanya bisa. Itulah sebabnya, material kekuasaan ini amat diburu dan diperjuangkan oleh manusia. Padahal sebenarnya, duit hanyalah ciptaan manusia untuk alat mekanisme pertukaran dan hubungan simbiosis mutualisme di antara sesama manusia.
Siapa yang menguasai sumber dan aliran duit, maka separuh kekuasaan atas manusia telah di tangan dengan sendirinya. Inilah sebabnya, manusia-manusia berlomba menguasai sumber-sumber uang, karena dapat mengubah berbagai kemustahilan. Nyaris keajaibannya sudah laksana (T)uhan walaupun sebenarnya tak lebih hanya sebatas (t)uhan.
Dalam hal ini, terkenanglah kita pentingnya tauhid mikro seperti yang diungkapkan oleh ‘Imaduddin Abdulrahim guna melindungi diri dari bias dan pengaruh duit sebagai tuhan (huruf t kecil). Tapi bagaimana orang-orang di luar kita, belum tentu mengenal ajaran Tauhid apalagi Kuliah Tauhid-nya ‘Imaduddin Abdulrahim.