Tanggung Jawab Umat Islam di Indonesia

Umat Islam di Indonesia, merupakan komponen politik dominan dan determinan. Sudah sewajarnya, mereka memiliki dan mengaktifkan tanggung jawabnya pada negara dan bangsa ini. Tentunya, demikian selama ini yang sudah berlaku, sejak era penjajahan dimana muncul bintang-bintang pahlawan umat Islam, seperti Pangeran Diponegoro, HOS Tjokroaminoto, maupun sewaktu perang kemerdekaan, seperti Jenderal Sudirman, hingga masa-masa setelah itu, seperti Wahid Hasyim, Natsir, dan seterusnya.
Nah, sekarang situasi negara yang demikian kacau dan rusak oleh korupsi gila-gilaan, baik sudah terungkap maupun yang menunggu diungkap, sehingga bangsa ini kehilangan harapan dan gairahnya untuk maju sebagaimana negara-negara lain yang sudah lebih dulu maju dan sejahtera walupun lebih dahulu Indonesia merdeka (Malaysia, China, Korea Selatan, dst), harusnya umat Islam GELAR TIKAR untuk Musyawarah.
Pertama yang dibahas ialah:
(1) Apa rencana dan agenda bersama umat Islam untuk negara ini agar terus berjalan, maju, kredibel sehingga dapat mencapai cita-cita konstitusionalnya yang selalu diselewengkan para penguasa yang silih berganti sejak merdeka.
(2) Memilih calon pemimpin untuk dinaikkan sebagai Presiden RI di masa akan datang yang kredibel dan representatif dari umat Islam secara urut kacang. Calon ini harus diterima bersama seluruh komponen umat Islam dan merupakan pribadi yang bersih, penuh tanggungjawab, kapabel dan bersemangat kepemimpinan. Kemudian, tidak hanya seorang, sekiranya dia meninggal, sudah ada calon berikutnya yang tidak perlu lagi harus diorbitkan lagi. Jadi, benar-benar calon pemimpin yang tidak muncul secara dadakan dan mencari panggung sendiri.
Ketika sudah diamanatkan padanya amanah tersebut, dia harus benar-benar dijaga dan menjaga, jika menyeleweng sebelum dia diangkat sebagai Presiden RI, umat Islam harus menarik amanat dan mandat tersebut. Untuk itulah, orang yang diberi mandat umat Islam, harus benar-benar sesuai kriteria syar’i.
Jika tidak GELAR TIKAR sejak sekarang, umat Islam akan menjadi penonton dan menjadi objek orang lain, dan tanggung jawab umat Islam pun akan hilang yang tentu merugikan semua pihak.
Secapatnyalah GELAR TIKAR. Peristiwa tanah-tanah Banten yang direbut pihak lain tanpa bisa dibela dan bahkan perebutnya pun malah dibela penguasa, tidakkah merobek hati nurani umat Islam di Indonesia? Terutama Banten merupakan basis umat Islam sejak zaman kompeni hingga sekarang.
Janganlah umat Islam rela dijadikan orang lain bagaikan kue yang dicabik-cabik untuk mengisi perut mereka yang tidak pernah kenyang dengan harta dan kekuasaan.
Terutama sekali, tulisan ini dialamatkan kepada generasi muda umat Islam yang masih tersisa rasa senasib dan identitas diri sebagai umat Islam.