Marinus Gea Soroti Persoalan Menahun Tak Kunjung Selesai di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Overkapasitas hingga Efektivitas Pembinaan

 Marinus Gea Soroti Persoalan Menahun Tak Kunjung Selesai di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Overkapasitas hingga Efektivitas Pembinaan

JAKARTA – Anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Banten Marinus Gea menyoroti sejumlah persoalan menahun tak kunjung selesai di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) mulai dari overkapasitas hingga efektivitas pembinaan. Marinus minta persoalan itu perlu ditangani secara lebih serius dan terkoordinasi.

Menurut Marinus, perlu menjadi perhatian serius karena menjadi permasalahan klasik yang tidak kunjung terselesaikan.

Khusus terkait overkapasitas, ia menilai bahwa isu tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab lapas, tetapi juga terkait koordinasi antaraparat penegak hukum, mulai dari proses penindakan hingga tahap pembinaan.

“Pertanyaannya kenapa persoalannya selalu itu-itu saja, tetapi kita tidak bisa menyelesaikannya. Ini perlu menjadi perhatian serius karena isu overkapasitas khususnya menjadi permasalahan klasik yang tidak kunjung terselesaikan,” kata Marinus kepada Marinus kepada wartawan, Jakarta, Selasa (2/12/2025).

Marinus juga turut menyoroti kasus narkoba di berbagai lapas merupakan tantangan besar yang membutuhkan pendekatan holistik. Mengingat sekitar 80 persen warga binaan di Indonesia merupakan napi dengan kasus narkoba.

“Apakah persoalan narkoba bisa selesai ketika mereka sudah dipenjara dan dibina di lapas? Saya tidak yakin, karena laporan penbinaan yang disampaikan pihak lapas seringkali belum sepenihnya sesuai dengan kondisi faktual di lapangan,” jelas Marinus.

Dalam peninjauan fasilitas di lapas kelas IIB Pariaman, Marinus mengapresiasi sejumlah kondisi di Lapas, meski tetap mencatat beberapa ketidaksesuaian data dan keterbatasan fasilitas pembinaan. Ia menyoroti perbedaan kualitas sarana pembelajaran jika dibandingkan lapas lain, seperti Lapas Payakumbuh yang memiliki ruang belajar menyerupai sekolah.

“Sementara tadi kita tinjau kegiatan belajar di lapas Pariaman masih dilakukan di masjid, hal ini menurut saya kurang optimal. Dengan fasilitas pembelajaran yang memadai akan meningkatkan kualitas pembinaan,” jelasnya.

Perhatian khusus turut ia berikan pada kondisi ruang Lansia yang dihuni oleh 19 warga binaan berusia lanjut, termasuk seorang yang telah berusia 88 tahun. Marinus mempertanyakan kesiapan fasilitas kesehatan bagi kelompok rentan tersebut. Ia menegaskan bahwa penanganan kesehatan lansia harus menjadi prioritas, mengingat kondisi fisik dan psikologis mereka yang jauh lebih sensitif.

“Bagaimana menanganinya? Apa upaya tambahan yang disiapkan? Tentu penting adanya mekanisme penanganan medis yang responsif ketika warga binaan mengalami kondisi darurat,” pungkasnya.

 

Facebook Comments Box