Apresiasi Anwar Ibrahim, Belajar Kegagalan Reformasi Indonesia untuk Kemajuan Malaysia

BJ Habibie dan Anwar Ibrahim saat kedua bertemu, Jakarta, Senin (20/5/2018) kemarin (foto: antara)
Oleh: Musni Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Anwar Ibrahim mengemukakan kepada media bahwa dia bertemu Habibie bahas 20 tahun reformasi. Saya apesiasi Anwar belajar reformasi di Indonesia supaya kegagalan Indonesia dalam mengamalkan reformasi tidak diulangi Malaysia yang telah memulai reformasi dari hasil pilihan raya umum (Pemilu) 9 Mei 2018. Itu kata Anwar Ibrahim.
Reformasi di Indonesia dimulai pada saat Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI 21 Mei 1998 atas desakan mahasiswa yang menguasai gedung parlemen Indonesia, desakan dari pimpinan DPR/MPR, masyarakat Indonesia dan internasional.
Sejatinya Gerakan mahasiswa yang ingin melengserkan (menjatuhkan) Soeharto dari tahta kekuasaanya sebagai Presiden RI, telah dimulai tahun 1974 ketika terjadi protes terhadap Jepang saat PM Tanaka ke Indonesia kemudian meletus menjadi peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari).
Selanjutnya gerakan Dewan Mahasiswa-Senat Mahasiswa tahun 1978 yang menuntut Sidang Istimewa MPR untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Soeharto, tetapi gerakan itu dilumpuhkan dengan penangkapan dan penahanan seluruh pimpinan mahasiswa, dan kemudian pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ri membekuan Dewan Mahasiswa – Senat Mahasiswa di seluruh Indonesia lalu melakukan Normalisasi Kehidupan Kampus dengan membentuk Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) yang dipimpin Wakil Rektor lll Bidang Kemahasiswaan.
Puncak perjuangan mahasiswa 21 Mei 1998 saat Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai Presiden RI setelah terjadi demonstrasi besar-besaran di berbagai kampus di seluruh Indonesia dan mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR RI yang menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI.
Reformasi Gagal
Setelah reformasi berlangsung selama 20 tahun lamanya sebagai salah seorang pelaku lahirnya Orde Reformasi patut bertanya, apakah reformasi sukses atau gagal?
Saya harus mengatakan bahwa reformasi di Indonesia sudah gagal. Siapa yang gagal? Memurut Fahri Hamzah, reformasi tidak gagal, yang gagal adalah mereka yang pernah memimpin Indonesia di era Orde Reformasi.
Indikator bahwa reformasi sudah gagal. Pertama, korupsi kolusi dan nepotisme yang menjadi isu sentral untuk mengganti Presiden Soeharto, justru merajalela pengamalannya di era reformasi.
Buktinya sudah 300 lebih Gubernur, Bupati dan Walikota masuk penjara karena rasuah (korupsi). Ketua DPR RI masuk penjara karena rasuah.
Kedua, kemiskinan masih sangat besar jumlahnya di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengemukakan bahwa jumlah penduduk miskin sekitar 10,64 persen. Penduduk miskin jumlahnya kecil karena batas garis kemiskinan hanya sekitar 10.000 rupiah perhari perkapita (kepala). Pada hal sulit hidup denga penghasilan sebesar itu perhari, karena telah terjadi inflasi selama 5 tahun terakhir sekitar 60 persen.
Dengan berpenghasilan 2 dolar Amerika Serikat perhari perkepala menurut Bank Dunia atau Rp 28.000 perhari (kurs US$ 1= 14.000) masih sulit hidup, apalagi hanya sekitar Rp 10.000/hari.
Ketiga, ketidakadilan ekonomi semakin meluas. Mayoritas bangsa Indonesia yang pribumi hanya sekitar 20 persen menguasai ekonomi Indonesia. Sementara para penguasa yang memperoleh kekuasaan dari hasil Pemilu, tidak ada upaya mengatasi ketidakadilan tersebut. Bahkan ada dugaan penguasa dan pengusaha berkolusi.
Keempat, ketidakadilan hukum semakin memprihatinkan, sehingga muncul anekdot hukum tajam ke bawah tumpul ke atas.
Kelima, penjajahan ekonomi kepada bangsa Indonesia melalui investasi asing semakin mendalam di era Orde Orde Reformasi. Apalagi akhir-akhir ini dengan hadir investasi dari RRC.
Keenam, hutang Indonesia meningkat luar biasa di era Orde Reformasi. Menurut berbagai sumber bahwa hutang Indonesia yatu hutang pemerintah dan swasta telah mencapai 7.000 triliun rupiah. Utang akan semakin meningkat jumlahnya seiring terus melemahnya mata uang rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika Serikat.
Oleh karena itu, Anwar Ibrahim dan Tun Mahathir Mohamad harus belajar dari kegagalan Indonesia dalam menjalani reformasi agar Malaysia tidak salah arah dan salah jalan dalam mengamalkan reformasi.
Allahu a’lam bisshawab