Diam-diam Menggebrak: RSUD Cabangbungin Buktikan Mutu tanpa Gimik

 Diam-diam Menggebrak: RSUD Cabangbungin Buktikan Mutu tanpa Gimik

BEKASI ~ Di tengah hiruk-pikuk fasilitas kesehatan yang berlomba-lomba memamerkan keunggulan digital dan jargon modernisasi, siapa sangka sebuah rumah sakit pemerintah di ujung utara Kabupaten Bekasi, RSUD Cabangbungin, justru mencuri perhatian dalam ajang Penilaian Fasilitas Kesehatan Berkomitmen Tahun 2025 oleh BPJS Kesehatan. Bukan karena pencitraan megah atau label bintang lima, tetapi karena kinerja senyap, tepat, dan mantap dalam melayani peserta JKN yang layak mendapat apresiasi nasional.

Kisah RSUD Cabangbungin bahkan terasa seperti satire di tengah dominasi rumah sakit besar: “RSUD kecil di pelosok bisa setara dengan RS swasta papan atas?” Jawabannya: bisa, karena mereka memegang teguh janji layanan, dan mewujudkannya bukan lewat baliho, tetapi lewat antrian yang tidak menyiksa, pelayanan yang manusiawi, dan komitmen yang konsisten.

“Rumah sakit ini tidak membangun narasi kosong, mereka membangun sistem. Ketika banyak fasilitas sibuk berbenah tampilan, RSUD Cabangbungin justru memperkuat substansi. Ini bentuk pelayanan publik yang otentik, bukan kosmetik,” ujar Moh Cahyadi, Ketua Harian Rumah Hebat Nusantara (RHN).

Meski menghadapi kekurangan fasilitas dan keterbatasan SDM, RSUD Cabangbungin tidak tunduk pada keterbatasan. Justru sebaliknya, mereka menjelma menjadi simbol perlawanan terhadap ketimpangan mutu layanan, dengan memanfaatkan teknologi digital seperti Mobile JKN, rekam medis elektronik (Smart Klaim), dan validasi biometrik, bukti bahwa digitalisasi adalah soal komitmen, bukan sekadar anggaran.

Salah satu kekuatan tersembunyi yang kini mulai diperhitungkan adalah peran strategis petugas PIPP (Penanganan Informasi dan Pengaduan Peserta). Di RSUD Cabangbungin, setiap keluhan pasien dicatat, ditindaklanjuti, dan dicegah untuk tidak terulang. Ini adalah lompatan paradigma dari “rumah sakit sabar” menjadi “rumah sakit responsif”.

“PIPP di RSUD Cabangbungin bukan sekadar pelengkap administrasi. Ini adalah titik sentuh pelayanan berbasis empati. Mereka menunjukkan bahwa sistem pengaduan bisa menjadi alat perbaikan, bukan hanya formalitas,” jelas Cahyadi, yang juga menjabat sebagai Pimpinan Redaksi (Pimred) Media Lintas Parlemen, Selasa (9/9/2025).

Hal lain yang juga mengangkat nama RSUD ini adalah layanan telekonsultasi via Mobile JKN yang berjalan efektif. Dengan jadwal dokter yang disiplin dan sistem integrasi yang rapi, pasien dari rumah tetap bisa berkonsultasi, bahkan dari daerah dengan keterbatasan sinyal sekalipun. Ini memperluas akses layanan kesehatan secara nyata.

Dari sisi Kapitasi Berbasis Komitmen (KBK), RSUD Cabangbungin mencetak nilai impresif. Ini bukan hanya soal akumulasi angka, tetapi indikator akuntabilitas dan keseriusan dalam mutu pelayanan. KBK bukan dijadikan beban administratif, tetapi justru dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan sistem internal rumah sakit.

Mengusung tiga prinsip Transformasi Mutu Layanan “Mudah, Cepat, dan Setara” rumah sakit ini menunjukkan bahwa kelas D bukan halangan untuk memberikan pengalaman medis yang bermartabat. Di RSUD Cabangbungin, pelayanan cepat bukan berarti terburu-buru, mudah bukan berarti sembrono, dan setara bukan berarti seragam, melainkan berkeadilan.

“Transformasi kesehatan itu bukan hanya tentang teknologi dan pembangunan fisik. Ia juga soal etika, tata kelola, dan keberpihakan. RSUD Cabangbungin membuktikan bahwa rumah sakit bisa humanis tanpa kehilangan profesionalisme,” lanjut Cahyadi dengan penuh keyakinan.

Langkah maju lainnya yang tak kalah penting adalah pembentukan Tim Anti Kecurangan, lengkap dengan sistem pemantauan internal dan dokumentasi bukti yang berjalan berkelanjutan. Bagi RSUD Cabangbungin, integritas bukan alat pencitraan, melainkan prinsip kerja yang melekat dalam setiap lini pelayanan.

Sementara itu, inovasi menjadi napas harian di RSUD ini. Salah satunya adalah digitalisasi jalur rujukan internal berbasis kode warna, yang kini menjadi rujukan praktik terbaik (best practice) bagi FKRTL lain di wilayah Jawa Barat. Inovasi ini mempercepat penanganan pasien dan mengurangi beban birokrasi teknis yang selama ini memakan waktu dan energi tenaga kesehatan.

Dari segi profil, RSUD Cabangbungin memang belum memiliki gedung mewah atau peralatan serba canggih. Namun, dengan SDM bersahaja, bangunan yang terus dikembangkan, serta sarana prasarana yang dimaksimalkan, mereka mampu memfungsikan setiap ruang dan sistem demi kenyamanan serta keselamatan pasien.

Keikutsertaan RSUD Cabangbungin dalam seleksi tingkat Kedeputian Wilayah V Jawa Barat bukan hanya capaian administratif, tetapi bukti pengakuan terhadap kerja keras yang selama ini dilakukan tanpa gembar-gembor. Kini, mereka berada di panggung yang sama dengan rumah sakit-rumah sakit besar lainnya, dan bukan sebagai penggembira.

“Jika ingin Indonesia Emas 2045 benar-benar inklusif, maka rumah sakit seperti RSUD Cabangbungin harus jadi model. Mereka menegaskan bahwa kualitas bukan privilese kota besar, melainkan hak semua warga negara. Dan pelayanan publik harus mulai dari tempat-tempat seperti ini,” tegas Cahyadi.

Dengan segala capaian, inovasi, dan integritasnya, RSUD Cabangbungin pantas menjadi simbol bahwa kualitas layanan kesehatan tidak ditentukan oleh label kelas atau banyaknya lantai bangunan, tetapi oleh keberanian untuk berubah, kemauan untuk melayani, dan konsistensi untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Pungkas Moh Cahyadi.

Jika penghargaan itu hadir, bukan karena RSUD Cabangbungin mengejarnya, tetapi karena mereka memang pantas menerimanya. (CP/red)

Facebook Comments Box