KABAR BURUNG: Saat Lidah Menjadi Neraka

 KABAR BURUNG: Saat Lidah Menjadi Neraka

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Apakah kita pernah memutuskan sikap hanya dari cerita yang tidak jelas atau samar?

Sudahkah kita membedakan antara berita dan fitnah?

Pernahkah kita ikut membagikan kabar yang belum tentu benar dan dapat dioercaya?

Apakah kita adalah jembatan keadilan, atau justru penyambung kabar kebohongan serta penyebar fitnah?

Kita hidup di zaman ketika lisan dan jari lebih cepat dari hati dan nalar.

Maka pertanyaannya, siapa kita hari ini , penjaga cahaya atau penyebar asap?

Betapa banyak persahabatan yang retak bukan karena kebenaran, melainkan oleh kabar burung yang beterbangan tanpa arah.

Betapa sering kepercayaan runtuh bukan sebab fakta, tapi karena suara-suara samar yang menggoda telinga, namun menyesatkan logika.

Dan betapa sering kita menyaksikan karakter mulia dihancurkan oleh mulut yang tak bertulang, lidah yang tak berdasar, dan niat yang tercemar.

Kabar burung adalah racun yang berbungkus madu. Ia manis di awal, menggugah penasaran, namun perlahan menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan.

Ia adalah pembunuh karakter yang bekerja senyap, tanpa darah, tanpa senjata, namun mematikan.

Di era di mana informasi menyebar lebih cepat dari cahaya, kita tidak hanya dituntut untuk pintar, tetapi juga bijak.

Sebab, siapa yang tidak mampu membedakan antara fakta dan fiksi, akan menjadi korban atau bahkan pelaku dalam persekongkolan dusta yang menyesatkan umat.

Maka dari itu, tulisan ini hadir sebagai lentera kecil dalam gelapnya kabut informasi.

Kabar Burung: Luka Sosial Tak Terlihat

Kabar burung bukan hanya isapan jempol, tapi jerat bisu yang mengikat kepercayaan, melemahkan solidaritas, dan melumpuhkan akal sehat.

Ia mengendap dalam bisik-bisik, menjelma status WA, menyusup ke unggahan media sosial, dan memancing emosi publik sebelum kebenaran sempat bicara.

Pelajaran Besar dari Hadītsul Ifk (Berita Bohong)

Kisah paling menggetarkan tentang kabar burung diabadikan dalam sejarah Islam: Hadītsul Ifk.

Ketika Aisyah RA. difitnah berselingkuh dengan Shafwan bin al-Mu‘aṭṭal setelah tertinggal rombongan perang, kaum munafik menjadikan kisah itu senjata untuk menghantam kredibilitas Rasulullah SAW. dan menciptakan kegoncangan dalam masyarakat Muslim.

Namun Allah membela kehormatan Aisyah dan menurunkan ayat:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah golongan dari kamu juga.”
(QS. An-Nur: 11)

A. SEBAB KABAR BURUNG MENYEBAR

1. Kecintaan pada sensasi, bukan kebenaran

Banyak orang lebih menikmati heboh dan drama ketimbang mencari kebenaran. Ini adalah gejala matinya nalar dan adab informasi.

2. Ketidaktahuan dan minim literasi verifikasi

Sebagian orang menyebar informasi tanpa tahu asal-usulnya. Dalam Islam, ini disebut جَهْلٌ مَعَ نَشْرِ الْفِتْنَةِ kebodohan yang memancing fitnah.

3. Dendam, iri hati, dan sakit hati tersembunyi

Orang yang menyimpan dendam sering menggunakan kabar burung sebagai peluru yang dibungkus senyuman. Ia menyebar untuk menjatuhkan.

4. Media sosial tanpa kendali moral

Lisan digital , jempol di layar , kini lebih tajam dari pedang. Sekali disebar, sulit ditarik kembali.

Banyak orang merasa anonim, padahal malaikat tetap mencatat.

5. Kurangnya rasa takut kepada Allah

Orang yang menyebar berita tanpa pertanggungjawaban spiritual adalah orang yang telah kehilangan rasa takut kepada pengadilan akhirat.

B. CIRI-CIRI KABAR BURUNG DALAM ISLAM

1. Tidak jelas sumbernya

Sumbernya “katanya”, “temanku bilang”, “viral”, atau “dapat dari grup”. Padahal, Islam hanya mengakui berita dari yang terpercaya dan jujur.

2. Tidak pernah dikonfirmasi oleh pelaku utama

Kabar burung seringkali beredar tanpa pernah diklarifikasi oleh orang yang namanya dibawa-bawa.

3. Mendramatisasi dan memancing emosi

Bahasanya provokatif: “terbongkar!”, “akhirnya terungkap!”, “sangat mengejutkan!” semua untuk menjual emosi, bukan menjual fakta.

4. Disebarkan dari mulut ke mulut atau status ke status

Tanpa proses ilmiah, tanpa logika. Ia tumbuh dalam ruang gelap, dan berkembang karena kelalaian.

5. Merusak kehormatan, membunuh karakter, memecah persatuan

Ini efek paling nyata dari kabar burung: fitnah sosial dan konflik horizontal.

C. SOLUSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1. Tabayyun (Klarifikasi yang jujur dan berhati-hati)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا…”
“Wahai orang-orang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa berita, maka telitilah kebenarannya.”(QS. Al-Hujurat: 6)
Kita wajib menyaring informasi sebelum mempercayainya.

2. Tawaqquf (menahan diri untuk tidak menyebarkan)

Diam adalah solusi paling bijak ketika kita belum yakin. Imam Malik berkata:
“العِلْمُ كَثِيرٌ وَاللِّسَانُ عَجُولٌ، فَاحْفَظْ لِسَانَكَ”
“Ilmu sangat luas, lisan sangat cepat. Maka jaga lidahmu.”

3. Tazkiyatun Nafs (Membersihkan jiwa dari penyakit hati)

Orang yang hatinya bersih akan berhati-hati menyampaikan informasi, karena tahu bahwa kata-katanya akan menjadi saksi di akhirat.
4. Bertanya kepada yang ahli
فَسْـَٔلُوٓا أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ”
“Tanyakanlah kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”(QS. An-Nahl: 43)
Jangan percaya pada ahli komentar. Percayalah pada ahli ilmu.

5. Bangun budaya adab dalam bermedia

Ajarkan generasi muda bahwa verifikasi adalah bagian dari akhlak. Bahwa tidak semua yang viral itu valid. Tidak semua yang populer itu benar.

Mari Menjadi Penjaga Nurani, Bukan Penyambung Fitnah

Dunia saat ini terlalu gaduh. Terlalu banyak orang berbicara, terlalu sedikit yang berpikir.

Jadilah manusia yang berhenti di depan kabar burung, bukan melanjutkannya.

Jadilah penjaga kebenaran, bukan pengantar keraguan.
Jadilah pemadam api fitnah, bukan penyiram bensin dalam bisu.
“مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ”
“Tiada satu kata pun yang diucapkannya, melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir.”(QS. Qaf: 18)

Jika tidak tahu, diam adalah ilmu. Jika ragu, klarifikasi adalah ibadah. Jika tahu kebenaran, sampaikan dengan adab dan amanah.

اللَّهُمَّ طَهِّرْ لِسَانَنَا مِنَ البُهْتَانِ، وَقَلْبَنَا مِنَ العُدْوَانِ، وَعَمَلَنَا مِنَ النِّفَاقِ وَالْخُسْرَانِ، وَاجْعَلْنَا مَعَ الصَّادِقِينَ فِي الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْمِيزَانُ.

“Ya Allah, sucikanlah lisan kami dari kebohongan, hati kami dari permusuhan, dan amal kami dari kemunafikan serta kerugian. Jadikanlah kami bersama orang-orang yang jujur di dunia ini dan pada hari ditegakkannya timbangan.”

# Wallahu A’lam Bis-Sawwb

Facebook Comments Box