Kahfi Senang Angka Stunting di Sejumlah Wilayah di Daerah Turun, tapi…

JAKARTA – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PAN Ashabul Kahfi sangat senang angka stunting mengalami penurunan di sejumlah daerah di Indonesia seperti di NTT, Surabaya dan Manado. Meski demikian, Kahfi mengingatkan pemerintah tidak cepat puas denghan hasil tersebut.
Kahfi meminta agar Pemerintah memastikan keakuratan data yang digunakan dalam pemetaan masalah stunting. Di mana menurut Kahfi,beberapa daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Surabaya, dan Manado sudah menerapkan metode pengukuran digital yang mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Di mana hasilnya, ditemukan data yang lebih valid dan mencerminkan kondisi sebenarnya. Setelah dilakukan validasi, sesuai dengan kebijakan dari World Health Organization (WHO) yang melakukan pengukuran dengan menggunakan digitalisasi, ternyata ditemukan angka yang sangat mengalami penurunan,” kata Kahfi seperti keterangan tertulisnya diterima wartawan, Rabu (4/6/2025).
“Penurunan angka stunting ini ternyata tidak hanya terjadi di Sulawesi Utara. Bulan lalu, saat kunjungan kerja di Surabaya, juga demikian. Pada tahun 2021, angka stunting di Surabaya mencapai 28,5%. Sekarang turun drastis hingga 1,6%. Pencapaian ini tidak lepas dari kerja sama erat antara pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait,” sambung Kahfi,
Kahfi mengungkapan, hal tersebut sempat dibahas saat dirinya melakukan kunjungan kerja Komisi IX DPR RI di Manado, Sulawesi Utara, Senin (2/6/2025) lalu. Pada kesempatan itu, Kahfi menyoroti kemungkinan adanya ketidakakuratan data awal yang digunakan dalam pengukuran stunting sebelumnya.
Untuk itu, sarannya, perlu dibenahi dari masalah stunting bukan hanya intervensi di bidang kesehatan, imunisasi, dan gizi, tetapi juga terkait validasi data. Termasuk masalah lain yang menyebabkan data tidak valid.
“Mungkin ini juga terkait masalah data awal—data awal yang mungkin kurang valid. Sehingga, ketika 2–3 tahun kemudian ditemukan penurunan yang begitu signifikan, bisa jadi memang data awalnya yang kurang valid. Termasuk dalam pengambilan sampelnya. Antar daerah, antar wilayah, kemudian pengambilan sampelnya tidak tepat. Itu yang saya lihat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kahfi menegaskan,validasi data harus menjadi bagian penting dalam strategi nasional penanganan stunting. Tanpa data yang akurat, kebijakan yang diterapkan berisiko tidak tepat sasaran. “Selain fokus pada intervensi gizi dan kesehatan, validasi data juga sangat penting. Harus kita lakukan pembaruan data secara berkala dan sesuai standar yang ditetapkan,” imbuhnya.
Ia pun mengajak semua pihak, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk terus bekerja sama lintas sektor agar penanganan stunting bisa berjalan efektif dan merata di seluruh Indonesia.