Kesetiaan, Ikhtiar, dan Takdir; Pelajaran dari Film Lyora

 Kesetiaan, Ikhtiar, dan Takdir; Pelajaran dari Film Lyora

Film Lyora adalah potret keteguhan hati yang jarang diangkat dengan begitu jujur. Mengisahkan Meutya dan Fajrie, pasangan yang harus melewati ujian panjang berupa masalah fertilitas, film ini mengajak penonton menyelami arti cinta, kesetiaan, dan makna berjuang bersama.

Di titik terberat penantian, Meutya, dengan hati yang penuh pertimbangan, pernah mengusulkan agar suaminya menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Sebuah saran yang lahir dari kasih sayang yang mendalam, meski terasa berat di hati. Namun, Fajrie memilih jalan lain. Baginya, cinta adalah satu hati yang tak tergantikan, dan keturunan adalah perkara ikhtiar serta takdir—bukan alasan untuk mengorbankan janji suci.

Kisah yang mereka jalani bukan sekadar drama di layar. Ia adalah cermin yang memantulkan kenyataan banyak keluarga di luar sana. Setiap rumah tangga memiliki ujiannya sendiri—ada yang diuji oleh ekonomi, ada yang diuji oleh jarak, ada pula yang diuji oleh perbedaan prinsip. Bentuknya berbeda, tetapi satu hal yang sama: kesetiaan selalu diuji, dan komitmen selalu menuntut perjuangan.

Dari film Lyora kita belajar bahwa kesetiaan bukan berarti diam atau pasrah. Kesetiaan adalah keberanian untuk tetap melangkah bersama, meski jalannya berliku. Ia adalah perpaduan antara kerja keras, doa yang tak henti, dan keyakinan bahwa takdir akan memberikan jawaban pada waktu yang tepat.

Inilah kristalisasi dari keteguhan pasangan keluarga—sebuah keteguhan dalam ikhtiar, berpijak pada visi yang besar, yang terelaborasi menjadi kisah inspirasi. Film Lyora mengingatkan kita bahwa dalam setiap penantian, cinta bisa tumbuh semakin dalam, dan dalam setiap ujian, ikatan bisa menjadi semakin kuat. Sebuah pesan yang layak menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga Indonesia.

Penulis: Muhammad Risal, SSi, MM, Teman Noer Fajriansyah

Facebook Comments Box