Kisruh Tanah Abang: Tidak Bisa Beri Kepuasan Semua

Oleh: Musni Umar: Sosiolig, Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta
Setidaknya ada tiga manfaat yang diperoleh dari penataan Tanah Abang yang dilakukan Gubernur Anies dan Wagub DKI Jakarta.
Pertama, menyenangkan bagi konsumen yang datang berbelanja di Pasar Tanah Abang karena Pemprov. DKI Jakarta menyediakan Bus TransJakarta Explorer gratis untuk dinaiki ketika datang untuk berbelanja dan sesudah pulang dari belanja.
Kedua, menyenangkan para Pedagang Kaki Lima (PKL) karena sebagian jalan Jatibaru ditempati PKL untuk berdagang. PKL sangat apresiasi karena meningkat omzet penjualan dagangan mereka yang mencapai 300 persen lebih. Selain itu, para Pedagang Kaki Lima (PKL) tidak lagi diuber-uber Satpol PP dan petugas dan tidak dipalak oleh para preman.
Ketiga, kawasan Pasar Tanah Abang kelihatan tidak semrawut dan tidak macet luar biasa seperti sebelum kawasan itu ditata.
Tidak Bisa Beri Kepuasan Semua
Walaupun begitu, para sopir Mikrolet tidak bisa menerima keputusan Gubernur dan Wagub DKI dalam menata Tanah Abang. Manifestasi dari penolakan, mereka demo dan mogok.
Alasan mereka, akibat penataan Tanah Abang dengan membolehkan Jalan Jati Baru hanya bisa dilewati Bus TransJakarta Explorer, maka omzet para sopir Mikrolet tiap hari merosot drastis. Menurut pengakuan mereka tinggal Rp 50.000/hari.
Untuk disadari, ternyata setiap keputusan sebaik apapun tidak bisa memberi kepuasan pada semua. Itulah yang dihadapi dalam penataan Tanah Abang.
Dalam rangka itu diusulkan tiga langkah sebagai bahan dialog. Pertama, tetap mempertahankan kebijakan yang telah diputuskan untuk sementara waktu sebelum blok G dibangun sesuai konsep yang ingin diadopsi Wagub Gubernur DKI seperti di Istambul. Jalan keluarnya, Mikrolet menjadi feeder Bus TransJakarta dalam rangka OC Trip seperti telah dirundingkan antara Wagub DKI dan perwakilan sopir Mikrolet.
Kedua, tempat berdagang PKL (PKM) direlokasi diujung gedung Blok G. Ini harus di survei kelayakannya agar tidak menimbulkan masalah baru. Jika ini dilakukan, maka Tanah Abang akan kembali semrawut dan mengalami kemacetan dikawasan Pasar Tanah Abang karena berarti jalan Jati Baru di buka kembali untuk semua kendaraan termasuk Mikrolet.
Ketiga, membina pengemudi Mikrolet, Kopaja, Metro Mini, dan Ojek Online yang suka ngetem menunggu penumpang. Ini masalah utama yang dihadapi dalam penataan Tanah Abang, karena para pengemudi tidak disiplin, begitu pula masyarakat.
Jadi menata Tanah Abang tidak hanya berkaitan dengan penempatan PKL dan pengaturan lalulintas tetapi mendisiplinkan masyarakat terutama para sopir Mikrolet, Kopaja, Metro Mini dan Ojek Online.