KUCING BERTANDUK: Menunggu Keajaiban, Tapi Enggan Bergerak

 KUCING BERTANDUK: Menunggu Keajaiban, Tapi Enggan Bergerak

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Sulawesi Selatan

Pernahkah engkau berharap langit menurunkan emas, padahal engkau enggan menggali tanah?

Tidakkah engkau malu berharap keberuntungan, sementara engkau menolak setiap kesempatan?

Apakah mungkin benih mimpi tumbuh menjadi pohon kenyataan, jika tak pernah disiram usaha dan kerja nyata?

Berapa lama lagi kau ingin hidup dalam bayangan ilusi, mengais fatamorgana dalam padang keinginan?

Tidakkah waktunya engkau sadar, bahwa harapan tanpa tindakan hanyalah tipu daya syahwat jiwa?

Bukankah Tuhan lebih mencintai orang yang berbuat daripada sekadar berangan?

*Makna Filosofis “Kucing Bertanduk”*

“Kucing bertanduk” adalah metafora tajam yang melukiskan harapan pada sesuatu yang secara fitrah tak mungkin terjadi.

Seekor kucing yang bertanduk adalah absurditas. Ia simbol dari keinginan tanpa realitas, impian tanpa kemungkinan, dan hayalan tanpa arah.

Kucing bertanduk adalah kita, saat terus menunggu keberuntungan tanpa tindakan, mengkhayal hidup ideal tanpa kerja keras, dan berharap pintu surga terbuka lebar tanpa sujud atau taubat.

Kita sedang menciptakan ilusi sendiri. Dan kita mencintainya.

*Ciri-Ciri Jiwa yang Terperangkap dalam Ilusi*

1. Terlena dalam Khayalan, Lumpuh dalam Tindakan:
Setiap hari dipenuhi angan besar tapi tak ada gerakan kecil.

“Besok aku akan berubah,” tapi besok tak pernah tiba.

2. Berharap Tanpa Rencana, Berdoa Tanpa Upaya:
Berdoa ingin sukses tapi enggan belajar.

Ingin sehat tapi tak jaga pola makan. Ingin dicintai tapi tak mau mencintai.

3. Menyalahkan Keadaan, Menghindari Tanggung Jawab:
Dunia dianggap tidak adil, padahal dirinya sendiri tak adil pada usahanya.

4. Membandingkan Diri, Bukan Memperbaiki Diri: Sibuk iri pada kesuksesan orang lain, padahal mereka bekerja saat ia berleha-leha.

*Penyebab Jiwa Menjadi “Kucing Bertanduk”*

1. Tidak Mengenal Diri Sendiri (Jahl an-nafs): Ia tidak sadar kapasitas dan potensinya.

“Aku bukan siapa-siapa,” ucapnya, padahal Allah menciptakannya dengan potensi luar biasa.

2. Salah dalam Memandang Takdir: Takdir dijadikan dalih untuk pasrah buta, bukan sebagai motivasi untuk bergerak.

3. Budaya Instan: Ingin hasil besar tanpa proses. Sukses tanpa sabar. Cinta tanpa komitmen.

4. Mental Gagal Berulang: Sekali gagal, seumur hidup putus asa.Padahal Nabi bersabda:
“الْمُؤْمِنُ لا يُلْدَغُ مِن جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ”
“Seorang mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama.”(HR. Bukhari dan Muslim)

*Perspektif Islam: Berharap Harus Disertai Ikhtiar*

Allah tidak melarang kita berharap, tapi melarang kita lalai dan berpangku tangan.
“وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ﴾
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
“مِنَ الجُهْلِ أن تظن أن الدعاء وحده يُغني عن العمل، بل الدعاء بلا عمل دعاءٌ كسول لا يُستجاب.”
“Merupakan bentuk kebodohan jika engkau mengira bahwa doa saja cukup tanpa usaha. Doa tanpa kerja adalah doa orang malas yang tidak akan dikabulkan.”

*Solusi Islami dan Etis: Melepaskan Diri dari Dunia “Kucing Bertanduk”*

1. Mulai dari Hal yang Kecil (ابدأ من الصغير):

Karena gunung pun tersusun dari butiran tanah. Jangan remehkan langkah kecil, karena ia lebih mulia daripada lamunan besar.

2. Mulai dari Sekarang (ابدأ الآن):

Bukan besok. Bukan lusa. Saat ini.
Karena waktu tidak menunggu, dan masa depan dibangun oleh keberanian mengambil tindakan hari ini.

3. Mulai dari Diri Sendiri (ابدأ بنفسك):

Karena dunia berubah bukan saat orang lain berubah, tapi saat aku memilih berubah.

Karena itu , Berhentilah memimpikan kucing bertanduk…
Karena ia tidak akan pernah ada,seperti harapan tanpa perjuangan,seperti cinta tanpa pengorbanan,seperti surga tanpa iman.

Gantikan ilusi dengan aksi.Karena impian yang nyata adalah
bukan yang dikejar dalam tidur, melainkan yang dibangun dalam peluh dan sabar.

Hidup ini bukan tempat untuk mengigau. Tapi medan untuk berjuang.

Jika kau ingin cahaya, jangan hanya menatap langit. Bakar lilinmu. Mulailah dari kegelapan kecil di dalam dada.

Karena dalam Islam,
“خير الناس أنفعهم للناس”
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad)

Sehingga dengan demikian kita dituntut untuk berusaha maksimal disertai dengan Introspeksi dan yang tidak kalah pentingnya adalah menyerahkan urusan kita kepada Sang Kahilq sembari tidak henti-hentinya bermunajat dan berdoa.

اللهم لا تجعلنا من الذين يعيشون في الأوهام، بل اجعلنا من الذين يعملون بالإيمان، ويحققون الآمال بالأفعال.
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang hidup dalam ilusi, tetapi jadikanlah kami hamba-Mu yang bekerja dengan iman dan mewujudkan harapan melalui amal nyata.”

Jika kau merasa selama ini hanya berkhayal tanpa berbuat, maka saatnya bangun. Dunia tak menanti yang tidur. Dan Tuhan tidak menjanjikan kemuliaan bagi pemalas.

Mari kita hentikan mengejar “kucing bertanduk”…Karena yang kita butuhkan bukan tanduk,
tetapi tekad.

Jangan mati sebagai pemimpi, tapi wafatlah sebagai pejuang yang sempat menanam harapan dan menumbuhkannya menjadi cahaya.

#Wallahu A’lam Bis-Sawab🙏

 

Facebook Comments Box