Penataan Pasar Tanah Abang Mau Digagalkan?

 Penataan Pasar Tanah Abang Mau Digagalkan?

Sosiolog Musni Umar

Oleh: Musni Umar, Sosiolog, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta

Hari ini Rabu, 31 Januari 2018, Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, sebagaimana diberitakan media, akan menemui para sopir Angkot (Angkutan Kota)  yang kemarin dulu demo untuk menuntut dibukanya kembali jalan Jatibaru, yang setelah penataan pasar Tanah Abang hanya bisa dilintasi oleh Bus Trans Explorer.

Sebagai sosiolog yang pernah menjadi aktivis pergerakan mahasiswa di masa Orde Baru, setelah mengamati banyaknya kritikan dari berbagai pihak,  saya kemudian bertanya, apakah berbagai komentar, usulan, demo dan bahkan mogok adalah murni atau ada motif untuk menggagalkan penataan pasar Tanah Abang yang dilakukan Anies-Sandi?

Setidaknya ada enam alasan, saya patut menduga, berbagai pernyataan yang diberitakan media, dan berbagai gerakan sarat dengan muatan kepentingan untuk menggagalkan penataan pasar Tanah Abang.

Pertama, dalam rangka penelitian, saya bersama tim dari  Institute for Social Empowerment and Democracy (INSED) sebelum pasar Tanah Abang ditata. Sudah dua kali turun dikawasan tersebut dan saya menyaksikan semrawutnya kawasan itu dan tidak layaknya blok G tempat berdagang bagi para PKL, sehingga sangat mendesak untuk di tata.

Kedua, setelah pasar Tanah Abang ditata oleh Gubernur Anies dan Wagub Sandi, saya kembali ke pasar Tanah Abang dengan naik kendaraan umum dari Blok M pada hari Sabtu, saat banyak warga yang berbelanja.  Saya keliling dikawasan pasar Tanah Abang dari pagi sampai sore.

Sebagai sosiolog dan akademisi saya berusaha obyektif. Jika baik saya katakan baik, jika tidak baik saya katakan tidak baik. Temuan saya,  tidak ada penutupan jalan Jatibaru sebagaimana diberitakan media, karena bus TransJakarta Explorer masih melintasi jalan itu mengelilingi kawasan pasar Tanah Abang, tapi angkot dialihkan di jalan lain.

Ketiga, tidak ada kemacetan yang luar biasa sampai 60 persen seperti dalam pemberitaan. Saya coba naik bus Trans Explorer dengan gratis mengelilingi kawasan pasar Tanah Abang sampai di stasiun Kereta Api untuk memastikan bahwa penataan pasar Tanah Abang berjalan baik.

Saya menunggu bus Trans Explorer hanya sekitar 5 menit. Dibelakang saya sudah menanti bus Trans Explorer untuk memuat para ibu-ibu yang usai berbelanja. Jadi sangat lancar dan tidak ada kemacetan yang luar biasa seperti diberitakan media.

Keempat, saya menyaksikan dengan mata kepala tidak ada PKL yang berdagang di trotoar seperti diberitakan media karena dilarang oleh Satpol PP.

Kelima, kesemrawutan dilingkungan pasar Tanah Abang sudah teratasi dengan penataan yang dilakukan.

Keenam semua PKL merasa bersyukur dengan penataan yang dilakukan karena omzet mereka dalam berdagang meningkat dari Rp 300.000/hari sampai Rp 1,5 juta-2 juta/hari.

Pertanyaannya, mengapa penataan pasar Tanah Abang yang sudah menunjukkan hasil mau digagalkan?

Memang masih ada masalah yang harus diatasi yaitu  protes sopir angkot yang menurun penghasilan mereka pasca penataan Tanah Abang yang selama ini melintasi pasar Tanah Abang yang menimbulkan kemacetan kesemrawutan luar biasa.

Oleh karena itu, sebagai sosiolog, saya apresiasi Gubernur Anies yang akan menemui para sopir angkot seperti permintaan mereka. Semoga ada dialog dan musyawarah untuk mencari dan menemukan solusi.

Menurut saya, yang dilakukan Gubernur Anies luar biasa dan amat jarang dilakukan para pejabat negara seperti gubernur. Dan itulah yang sejatinya harus dilakukan seorang pemimpin sebagai khadimul umah (pelayan masyarakat). []

Facebook Comments Box