Warning Bubarnya Indonesia
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia
Oleh: Musni Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Pada akhir Maret 2018 saya menyaksikan pernyataan Pangdam XVII/Cendrawasih di sebuah stasiun TV yang intinya jika mereka diperintahkan akan memerangi OPM (Organisasi Papua Merdeka).
Pernyataan itu segera membawa saya ke dalam ingatan di pertengahan tahun 2017 di Bali ketika bertemu seorang akademisi dari Papua. Saya bertanya tentang Papua, dia menjawab gentingnya kondisi di Papua.
Pertama, tentara OPM sangat terlatih dan memiliki persenjataan modern. Dia yakin mereka mendapat dukungan dan latihan dari tentara asing.
Kedua, mereka sangat menguasai medan perang. Jika terjadi perang akan sangat banyak tentara kita yang korban dan belum tentu menang.
Ketiga, pimpinan Gereja dan rakyat Papua mendukung OPM. Menurut dia, hanya menunggu waktu mereka mempoklamirkan kemerdekaan dari NKRI.
Di tahun 2017 menjelang talk show di sebuah stasiun TV dengan narasumber saya dan seorang psikolog. Dia bercerita bahwa dia baru pulang dari Papua. Dia menangani rekrutmen tenaga kerja di sebuah perusahaan asing. Dia amat terkejut karena para pekerja dan calon pekerja dengan bebas memakai baju yang ada lambang OPM dan topi dengan logo OPM.
Dia diberi buku tentang visi dan misi perjuangan OPM dan mereka bebas mempropagandakan kemerdekaan. Perusahaan seolah membiarkan.
Dari dua cerita yang disampaikan kepada saya yang dikemukakan dua orang profesional, saya merasa penting dikemukakan dalam sebuah tulisan, supaya para elit bangsa ini sadar bahwa ancaman bubarnya Indonesia bukan isapan jempol.
Sejarah Selalu Berulang
Para ilmuan sering mengemukakan bahwa sejarah selalu berulang. Bung Karno pernah mengemukakan Jas merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Alquran menegaskan bahwa jatuh bangunnya suatu bangsa berikut peradabannya akan selalu dipergilirkan di antara manusia.
Sejarah di nusantara ini sebelum Indonesia lahir, banyak negara yang disebut kerajaan, kemudian bubar atau punah. Sebagai contoh Kerajaan Sriwijaya yang lahir 650 M di Sumatera Selatan dan menurut Musafir Arab bernama Al Masudi yang juga sejarawan klasik Arab, pada tahun 955 M, Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang kaya raya dengan tentara yang amat banyak. Wilayah kekuasaannya sampai ke Thailand dan Tiongkok, tetapi akhirnya negara itu bubar.
Kerajaan Majapahit, yang berdiri di Jawa Timur pada tahun 1293-1500 M. Negara ini menguasai wilayah yang luas di nusantara dan mencapai kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk 1350-1389. Tetapi akhirnya bubar.
Begitu pula Daulah Utsmaniyah di Turki yang sering disebut kekaisaran Ottoman yang berdiri pada 1299-1923 M. Negara ini sangat kuat dan luas wilayah kekuasaannya karena sampai di Eropah. Akan tetapi kuatnya intervensi dari luar, dan banyaknya pengkhianat serta negara itu di gerogoti utang, akhirnya kekaisaran Ottoman bubar.
Di abad 20 kita menyaksikan bubarnya USSR yang sering disebut Uni Sovyet dan juga Yugoslavia, tanpa pernah kita percaya sebelumnya bahwa kedua negara besar itu akan bubar; karena memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang relatif kuat.
Berdasarkan sejarah, jangan sekali-sekali kita jemawa (sombong, angkuh) dengan mengatakan bahwa negara kita kuat – mustahil bubar, karena penyebab bubarnya beberapa negara yang disebutkan di atas agak mirip penyakit yang diidap Indonesia saat ini yaitu perpecahan internal, kuatnya intervensi dari luar, melemahnya kekuasaan negara, beratnya beban negara akibat besarnya utang dan banyaknya pengkhianat negara.
Allahu a’lam bisshawab