Saatnya Indonesia Restart, Bersihkan Gulma Pengpeng

Skandal pengusaha penguasa atau pengpeng, puncaknya terjadi pada skandal PCR. Nama-nama pengpeng seperti Luhut Binsar Panjaitan dan Erick Tohir, terseret.
Fenomena pengpeng ini telah membuat ekonomi bangkrut dan moral nasional juga ikut bangkrut. Sementara pengpeng makin hari makin kaya.
Sejak reformasi terjadi, pengpeng mulai merengsek ke jalur-jalur kekuasaan formal untuk mengatur negara. Kalau mengatur negara untuk kemakmuran rakyat kecil, tidak ada masalah. Tetapi bukan demikian. Mereka mengatur negara untuk mengamankan laba dan kuasa bagi kelompok usaha mereka.
Apakah salah pengpeng sehingga perlu dibasmi? Salah pengpeng ialah jenis manusia politik dengan latar pengusaha tidak akan bisa jujur dan benar mengabdi dan melayani publik. Pengpeng tidak akan bisa membelah diri. Pengpeng tetap hanya akan menunggangi dan mengeksploitasi negara untuk mengabdi dan melayani laba usaha.
Karena dalamnya dan jauhnya keterlibatan pengpeng saat ini di tubuh negara dan pemerintahan, — silakan cecklist menteri-menteri pengpeng dari dikbud, pariwisata, han hingga menko-menko — sehingga banyak rakyat yang sudah sengsara dan kecewa, maka mengusir mereka para pengpeng ini dari negara dan sistem kekuasaan politik, sudah tidak mungkin. Sebab mereka sudah begitu kokoh dan meresap di berbagai jalur dan partai politik.
Satu-satunya cara yaitu rakyat dan publik yang anti pengpeng, harus bergerak melakukan kampanye dan aksi politik RESTART INDONESIA. Begitu Restart, pengpeng ditendangi satu persatu. Karena sudah menjadi parasit dan gulma yang ganas mengisap negara.
Kalaupun Restart Indonesia tidak juga dapat dilakukan karena dibajak atau diganjal, maka daerah-daerah perlu berpikir ulang: masih perlukan daerah membayar upeti dan membiarkan wilayah ekonominya disedot oleh pusat yang telah dikuasai manusia pengpeng?
~ Bang SED