Ketika Alam Mengajari Bangsa Indonesia untuk Berlaku Jujur: Pesona Banjir Besar Akhir November di Sekujur Sumatera

 Ketika Alam Mengajari Bangsa Indonesia untuk Berlaku Jujur: Pesona Banjir Besar Akhir November di Sekujur Sumatera

Persoalan besar bangsa Indonesia, suka berdusta dg beragam bentuknya itu.

Hakikat korupsi juga sebenarnya berdusta, yaitu mendustai sumpah jabatan, batas wewenang dan janji.

Hakikat selingkuh juga sebenarnya tentang berdusta, yakni lagi² mencederai janji pada pasangan dan diri sendiri karena memilih memanjakan nafsu.

Dan dua kedustaan inilah yang merata dilakukan oleh semua strata dari bangsa ini, dari elit hingga jelata.

Adapun alam, tidak suka berdusta. Kalau memang kebutuhan tanah akan air yang ditumpahkan padanya sekian volume, maka tanah akan memuntahkan yang bukan porsinya. Tidak seperti para pejabat urusan haji yang suka menjual porsi haji yang bukan haknya.

Akibat kejujuran alam ini, kayu-kayu gelondongan yang belum sempat diangkut kaum serakah dari atas tanah, dimuntahkan oleh tanah ketika curah air hujan melewati batas daya tampung tanah itu, apalagi urat-urat dan akar pohon yang tadinya sebagai penahan air agar tidak segera dimuntahkan, sudah tak berfungsi lagi akibat pohon-pohonnya ditebangi.

Kejujuran memang salah satu hukum dasar terjadinya keseimbangan alam dan tentunya juga masyarakat manusia. Jika kejujuran telah hilang, semua serba memuakkan dan akhirnya mendorong terjadinya muntah. Bagi umat manusia bentuk muntah bisa dengan bentuk kerusuhan hingga revolusi besar. Demikian juga alam. Longsor dan banjir yang akhirnya menelan korban alam dan manusia di sekitarnya seperti di Sumatera dewasa ini, karena alam juga muntah akibat ketidakseimbangan yang dirasakan olehnya.

Alam mulai bosan
Bersahabat dengan kita, kata Ebiet G Ade

 

*~ Bhre Wira*

Facebook Comments Box