Dollar Naik, Waspada Cost Push Inflation
Helmi Adam (foto: LP)
Oleh: Helmi Adam*
Tulisan ini membahas dampak kenaikan dollar dengan cost push inflation di Indoenesia tahun 1998 . Teori cost push inflation sendiri muncul akhir 1950-an di Amerika Serikat.
Saat itu terjadi ekspansi ekonomi pada tahun 1956-1957, yang disadari menyebabkan terjadinya kenaikkan harga barang, kemudian pemerintah AS membuat kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga bank.
Namun kebijakan uang ketat tidak dapat sepenuhnya menahan pergerakan harga barang barang; dan pada tahun 1958, peningkatan pesat pengangguran bersamaan dengan kenaikan harga yang terus stabil, dianggap sebagai tanda terjadinya cost push inflasi.
Di Indonesia sendiri terjadi ketika krisis moneter 1998, di mana harga barang naik dan daya beli masyarakat menurun, sementara pengangguran meningkat, produksi berkurang.
Namun ada Ekonom yang menolak teori Cost Push Inflation terutama ekonom dari Chicago seperti Martin Bailey dan Albert Rees. Tapi mayoritas ekonom mendukung teori alternative ini, seperti leon kyserling dan Sumner slichter .
Ekonom hari ini mungkin akan melihat gagasan Cost Push Inflation ini dengan skeptisisme. Mereka bahkan mungkin mencoba menjelaskan inflasi pada akhir 1950-an dengan gagasan penelitian Ben Bernanke dan lain-lain, yaitu kelambatan dalam efek kebijakan moneter.
Friedman memang mendahului zamannya dalam hal ini. Dia berpendapat pada tahun 1958 bahwa perubahan output dan harga di balik perubahan jumlah uang beredar.
Namun, gagasan ini tampaknya tidak memperoleh dukungan dari mayoritas ahli ekonomi kontemporer meskipun beberapa ekonom meninggalkan komentar yang baik terhadapnya (Robinson 1959, 1960).
Ide yang mengumpulkan minat yang jauh lebih besar di kalangan ekonom kontemporer adalah teori pergeseran Demand Charles Schultze dengan perhatiannya yang ketat terhadap kondisi permintaan industri-oleh-industri dan asumsi intuitif tentang praktik penentuan upah.
Tulisan ini ingin menganalisis pandangan Cost Push Inflation yang terjadi saat ini. Mengenal teori ini dengan mengamati sifat membingungkan dari inflasi yang sedang berlangsung tahun 1998 dan hari ini.
Perbedaan demand Inflation dengan cost push inflation, adalah setiap cost push inflation diikuti oleh resesi ekonomi. Hal ini yang diyakini beberapa orang menunjukkan bukti meyakinkan untuk teori inflasi cost push inflation. Lalu pertanyaannya bisakah terjadi cost push inflation pada saat ini ?
Jawabnya bisa terjadi jika :
Harga barang naik, tapi produksi menurun
Upah buruh naik, tapi pengangguran bertambah
Biaya produksi naik, tapi keuntungan menurun
Bunga bank naik tapi daya beli lemah
Dan 4 kondisi ini juga menyebabkan krisis ekonmi seperti Amerika Serikat tahun 1958 di mana cost push inflation mendorong krisis ekonomi.
Untuk itu perlu diatasi dengan kebijakan yang pas. Karena menaikkan suku bunga untuk mencapai stabilitas rupiah, bukanlah jalan terbaik untuk menstabilkan rupiah, begitupun dengan “membakar” cadangan devisa di pasar, agar rupiah stabil, akan berdampak pada menurunya cadangan devisa dan akan mengurangi kemampuan ekonomi kita.
Untuk itulah perlu koordinasi dengan antar BI dengan mentri keuangan sperti menurunkan tingkat defisit ekport import, mewajibkan para pengusaha eksport dan impor untuk “memarkir” uangnya di BI, Mencari barang subsitusi impor baik bahan baku maupun bahan jadi, membangun industri orientasi ekpor dan sebagainya.
Semoga kita tidak masuk kelubang yang sama dua kali…
* Penulis adalah Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta