MUI Ajak Umat Islam Jalani Ibadah Puasa dengan Iman dan Keihlasan Penuh Kedamaian

Selamat menjalankan ibadah puasa
JAKARTA – Memasuki bulan suci Ramadhan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak kepada umat Islam mengisi amaliah puasa dengan penuh keimanan dan keihlasan. Hari ini bertepatan dengan hari pertama umat Islam Indonesia menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1439 H.
“Saya ingin mengajak kepada umat Islam agar memasuki bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan serta senantiasa mengharap ridha Allah SWT dalam suasana hati yang sejuk, tenang dan damai serta mengembangkan sikap toleransi dalam menjalankan agama,” kata Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa’adi pada lintasparlemen.com, Rabu (16/5/2018) malam.
“Agar kita tidak terjebak pada sikap egoisme kelompok yang dapat melahirkan pertentangan dan perselisihan termasuk perbedaan paham keagamaan, serta menghindari perbuatan yang sia-sia dan pemborosan dan hal-hal lain yang mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri dan orang lain,” sambung Zainut.
Zainut menyampaikan, bulan puasa harus dimaknai sebagai bulan yang penuh dengan rahmat atau kasih sayang. Berpuasa bukan hanya sekedar menahan diri dari makan, minum, dan semua hal yang dapat membatalkannya.
Namun, lanjut Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PPP ini, berpuasa juga dapat melatih kepekaan manusia terhadap kesulitan orang lain, melatih empati kepada orang yang belum beruntung, dan keberpihakan kepada orang yang teraniaya.
“Lebih dari itu puasa dapat membentuk pribadi yang menghargai nilai-nilai kemanusian dan hak asasi manusia. Puasa dapat menjauhkan diri dari perbuatan zalim, aniaya, teror dan bentuk kerusakan lainnya. Implementasi nilai-nilai Islam tentang perdamaian, kasih sayang dan keadilan akan lebih mudah ketika seseorang sedang melaksanakan ibadah puasa. Sehingga diharapkan nilai-nilai tersebut akan terus menjadi bekas (atsar) dalam kehidupan sehari-hari,” papar mantan Ketua Umum IPNU dua periode ini.
“Jadi sesungguhnya tujuan berpuasa itu adalah membentuk muslim yang bertaqwa yaitu seorang yang memiliki kesalehan pribadi dan kesalehan sosial, yang dapat menyeimbangkan hubungan vertikal kepada Allah (hablun minallah) dan hubungan horisontal dengan manusia (hablun minannas),” tutup Zainut. (HMS)