Ashabul Kahfi Sebut Pengemudi Ojol Tulang Punggung Layanan Aplikasi Transportasi Digital

JAKARTA – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PAN Dr. Ashabul Kahfi meminta pemilik aplikasi ojek online (Ojol) mengakomodir pengemudi Ojol. Bagi Kahfi, apa yang disampaikan pengemudi Ojol murni untuk menegakan unsur keadilan di negeri ini.
“Saya memandang bahwa pihak aplikasi perlu segera merespons secara serius dan terbuka terhadap tuntutan para mitra pengemudi. Apa yang disuarakan oleh para driver bukan semata-mata soal tarif atau bonus, tetapi menyangkut keadilan dalam relasi kerja digital,” kata Kahfi seperti disampaikan kepada wartawan, Jakarta, Senin (21/7/2025).
Kahfi Menjelaskan, dalam konteks ini, pihaknya perlu melihat pentingnya penegakan prinsip perlindungan pekerja dalam ekosistem ekonomi digital. Alasan Kahfi, pengemudi Ojol merupakan penentu transportasi digital tersebut.
“Kita tak boleh menutup mata bahwa para pengemudi adalah tulang punggung utama dalam layanan aplikasi transportasi, tetapi sering kali tidak mendapatkan posisi tawar yang adil,” tegas Kahfi.
Ia memgungkapkan, ketika algoritma yang tidak transparan, skema insentif yang terus berubah, dan beban kerja meningkat. Sementara perlindungan sosial dan jaminan kerja minim, maka sangat wajar jika terjadi keresahan seperti hari ini.
“Karena itu, saya mendesak pihak aplikator untuk segera duduk bersama perwakilan pengemudi dan menyepakati langkah konkrit, bukan sekadar pernyataan normatif,” papar Kahfi.
Alasan itu, Ia meminta Pemerintah perlu hadir secara aktif dalam proses ini, termasuk dengan meninjau regulasi yang belum cukup adaptif terhadap model kerja baru berbasis platform.
Bahkan, Kahfi menegaskan, Komisi IX DPR RI siap memfasilitasi dialog tripartit antara pengemudi, aplikator, dan pemerintah guna mencari solusi yang adil, berkelanjutan, dan saling menguntungkan.
“Kami juga mendorong percepatan pengesahan regulasi perlindungan pekerja sektor informal digital, termasuk jaminan sosial, standar minimum kerja, dan transparansi algoritma,” ujarnya.
“Ini bukan soal menentang kemajuan teknologi, tapi soal memastikan manusia tetap menjadi pusat dalam inovasi digital,” tutup Kahfi.