BENTENG KEDAULATAN DI UJUNG TANDUK: Soliditas TNI, Polri, dan Rakyat yang Diuji

 BENTENG KEDAULATAN DI UJUNG TANDUK: Soliditas TNI, Polri, dan Rakyat yang Diuji

Oleh: Munawir Kamalauddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar

Negeri ini berdiri bukan semata-mata karena piagam, teks proklamasi, atau tinta perjanjian politik.

Indonesia berdiri karena darah dan air mata, karena doa para ulama, karena perjuangan para pejuang, dan karena persatuan segenap anak bangsa yang mengikhlaskan jiwa raga demi satu kata: Merdeka.

Sejak awal, TNI lahir dari rahim rakyat. Tentara yang dulu disebut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bukanlah entitas yang terpisah dari rakyat, melainkan bagian utuh darinya. Begitu pula Polri, yang hadir sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat.

Maka, TNI, Polri, dan rakyat adalah tiga pilar yang sejatinya tidak boleh dipisahkan. Bila salah satunya rapuh, maka bangunan kedaulatan akan goyah.

Namun, hari ini kita menyaksikan adanya skenario-skenario yang penuh siasat, narasi miring, framing licik, hingga provokasi yang sengaja digulirkan untuk mengadu domba TNI, Polri, dan rakyat.

Mereka ingin menanamkan bibit kecurigaan, menumbuhkan jurang ketidakpercayaan, dan memecah belah soliditas bangsa.

Bukankah musuh sejati bangsa adalah mereka yang menginginkan negeri ini lemah dan terpecah?

Allah SWT. telah memperingatkan kita:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Āli ‘Imrān: 103)

Ayat ini bukan hanya panggilan spiritual, tetapi juga panggilan kebangsaan.

Persatuan adalah fondasi yang membuat kita tegak. Perpecahan adalah racun yang menghancurkan dari dalam.

Mengurai Pentingnya Soliditas

Soliditas antara TNI, Polri, dan rakyat adalah benteng terakhir NKRI. Tanpa soliditas, kedaulatan hanya tinggal slogan.

Dengan soliditas, setiap ancaman bisa kita hadapi bersama, baik itu ancaman militer, ancaman politik, ancaman siber, maupun ancaman ideologis.

Rasulullah SAW. pernah bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai; orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Bukhārī dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan institusi keamanan sebagai pelindung umat.

Maka, ketika TNI dan Polri bersatu dengan rakyat, terciptalah benteng yang kokoh, perisai yang menjaga bangsa dari setiap rongrongan.

Namun mari kita bertanya dengan jujur pada hati nurani, Apakah kita benar-benar sudah menjaga kepercayaan antara rakyat dan aparat negara?

Atau justru kita terkadang tergoda oleh provokasi yang memutus tali ukhuwah kebangsaan?

Bahaya Provokasi dan Upaya Adu Domba

Sejarah bangsa ini telah mengajarkan betapa mudahnya penjajah melanggengkan kekuasaan melalui strategi pecah belah.

Kini, strategi itu kembali dipakai dengan wajah baru, propaganda media, narasi politik, dan disinformasi digital.

Apakah kita rela melihat TNI dicurigai rakyatnya sendiri? Apakah kita rela melihat Polri kehilangan wibawa karena ulah oknum lalu digeneralisasi seolah institusi telah gagal?

Apakah kita rela membiarkan rakyat kehilangan kepercayaan kepada pengawal kedaulatannya sendiri?

Umar bin Khattab ra. pernah mengingatkan:
لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ
“Tidak ada Islam tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan.”

Pesan Umar ini begitu relevan, bangsa hanya bisa kokoh bila rakyatnya bersatu, aparatnya solid, dan semuanya taat pada konstitusi serta etika.

Kedaulatan NKRI adalah Harga Mati

Kita sering mendengar jargon “NKRI harga mati”. Tetapi apakah ia hanya slogan, atau benar-benar kita hayati sebagai komitmen?

Kedaulatan bukan sekadar soal batas teritorial, tetapi juga martabat, keadilan, dan solidaritas. NKRI akan tetap kokoh bila TNI, Polri, dan rakyat bersatu dalam satu barisan perjuangan, saling percaya, dan saling melindungi.

Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisā’: 58)

Maka menjaga NKRI bukan hanya tugas aparat, melainkan amanah kolektif seluruh anak bangsa.

Langkah Solusitif dalam mengatasi berbagai potensi Destruktif

Bagaimana agar kita tidak terjebak dalam provokasi? Ada beberapa sikap yang bisa kita perkuat bersama:

Pertama, menumbuhkan literasi kebangsaan dan literasi digital, agar rakyat tidak mudah termakan hoaks dan propaganda.

Kedua, memperkuat komunikasi antara TNI, Polri, dan rakyat, sehingga kepercayaan tidak retak oleh isu-isu yang menyesatkan.

Ketiga, memperkuat spiritualitas kebangsaan dengan mengingat bahwa menjaga NKRI adalah bagian dari ibadah, bagian dari jihad fi sabilillah dalam konteks modern. Imam al-Ghazali pernah berpesan:
الدِّينُ أَسَاسٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، وَمَا لَا أَسَاسَ لَهُ فَمَهْدُومٌ، وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ
“Agama adalah fondasi, kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa fondasi akan runtuh, dan sesuatu yang tanpa penjaga akan hilang.”

Demokrasi, hukum, dan aparat negara adalah penjaga, agama adalah fondasi moralnya. Bila keduanya bersatu, bangsa akan tegak.

Mari kita renungkan, Apakah kita ingin dikenang sebagai generasi yang menjaga warisan kedaulatan, atau sebagai generasi yang membiarkan negeri ini dipecah oleh provokasi?

Soliditas TNI, Polri, dan rakyat adalah pilar tak tergoyahkan bagi NKRI. Kedaulatan negeri ini adalah harga mati.

Maka mari kita bersatu membangun negeri, bersinergi memberi kontribusi terbaik, menjaga keadilan, menebarkan kesejukan, dan menegakkan amanah sejarah.

#Wallahu A’lam Bis-Sawab🙏

Facebook Comments Box