Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin, Makassar / Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) Dalam denyut kehidupan modern yang bergerak cepat, di mana manusia sering mengejar waktu yang seolah berlari tanpa menoleh, bahkan persoalan kecil seperti kencing berdiri bagi laki-laki menjadi diskursus yang menarik. Bahakan sebahagian ulama mengatakan bawa persoalan […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin, Makassar / Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) Dalam arus panjang sejarah manusia, guru adalah mata air yang tak pernah kering meski zaman berkali-kali berubah wajah. Mereka bukan gigi-gigi mesin yang bekerja tanpa rasa, tetapi cahaya yang memantul dari langit, merambat pelan ke hati-hati […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin, Makassar / Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) Ada sebuah untaian hikmah dalam khazanah Islam yang mengetuk pintu hati siapa pun yang membacanya. Kata-katanya sederhana, tetapi memuat kedalaman perjalanan batin manusia: «أَرْقَى النَّاسِ أَقَلُّهُمْ حَدِيثًا عَنِ النَّاسِ، وَأَنْقَى النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ ظَنًّا بِالنَّاسِ، وَأَتْقَى النَّاسِ […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin, Makassar / Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) ( BAGIAN PERTAMA) Ada masa dalam hidup ketika seseorang tiba-tiba berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia yang terus berlari. Ia menatap dirinya sendiri, bukan melalui cermin, tetapi melalui hati. Pada saat itulah muncul sebuah pertanyaan yang tidak […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin, Makassar / Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) Tulisan ini diharapkan menjadi renungan bagi kita tentang lisan, kesombongan, dan jalan pulang menuju cahaya. Dan tentu terkhusus menjadi nasehat berharga bagi penulis. Ada kalanya sebuah hadits tidak sekadar kita baca, ia seperti mengetuk pintu hati, […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin, Makassar / Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) Dunia berdiri dalam kebingungan. Gaza hancur, tetapi Israel tetap tegak dengan pongahnya. Ribuan anak gugur, tetapi negara-negara adikuasa justru menambah suplai misil. Air mata mengalir, namun PBB terdiam seperti monumen tua di tengah gurun politik global. […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Apakah nurani masih memiliki tempat di panggung politik global yang dikuasai oleh kepentingan modal dan ambisi kekuasaan? Bisakah kejujuran moral menembus tembok hegemoni yang selama ini membungkam suara keadilan? Mungkinkah seorang imigran Muslim keturunan Afrika–Asia Selatan mampu mengubah arah sejarah di negeri yang menjadi simbol kapitalisme dunia? […]Read More
BULUKUMBA – Wakil Ketua Umum KADIN Sulsel dan pengurus DPD Realestat Indonesia (REI) Sulawesi Selatan), Syafruddin Mualla, menegaskan bahwa sektor properti memiliki potensi besar menjadi penggerak utama ekonomi daerah. Menurutnya, Bulukumba memiliki sumber daya dan lahan pengembangan yang ideal untuk mendorong investasi di bidang properti, baik hunian, kawasan industri, hotel berbintang, pusat perbelanjaan (mall), maupun […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin/ Direktur LAPSENUSA (Lembaga Advokasi dan Pengenbangan Sosial dan Ekonomi Nusantara) Apakah ibadah suci selalu berbanding lurus dengan kesucian praktik pengelolaannya? Adakah yang lebih memilukan daripada menyaksikan ibadah paling sakral dalam Islam diseret ke meja dagang, dinilai seperti tiket promo, dan ditawarkan sebagai jalan pintas menuju status sosial? Bagaimana […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita merasa, semakin banyak kita membaca dan mempelajari ilmu, semakin banyak pula kegelisahan menetap di dada? Semakin banyak teori kita kuasai, justru semakin jauh hati dari rasa tunduk dan tenang? Bukankah seharusnya ilmu menuntun jiwa untuk lebih merunduk, bukan meninggi? Lebih bersabar, bukan mudah tersinggung? Lebih […]Read More
