Tags : Munawir Kamaluddin

Opini

POLARISASI POLITIK DAN ANARKISME MASSA: Tantangan Demokrasi dan Keamanan Nasional

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Di persimpangan sejarah bangsa, kita sedang menyaksikan betapa ruang publik dipenuhi oleh suara gaduh yang bercampur baur. Kabar yang seringkali tidak terverifikasi, unggahan media sosial yang menyulut amarah, dan massa yang bergerak seolah tanpa kendali, bagaikan ombak yang kehilangan arah. Pada saat seperti ini, tidakkah kita perlu […]Read More

Tausyiah

BENTENG KEDAULATAN DI UJUNG TANDUK: Soliditas TNI, Polri, dan Rakyat

Oleh: Munawir Kamalauddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Negeri ini berdiri bukan semata-mata karena piagam, teks proklamasi, atau tinta perjanjian politik. Indonesia berdiri karena darah dan air mata, karena doa para ulama, karena perjuangan para pejuang, dan karena persatuan segenap anak bangsa yang mengikhlaskan jiwa raga demi satu kata: Merdeka. Sejak awal, TNI lahir dari […]Read More

Tausyiah

LEMPAR BATU SEMBUNYI DALANG: Mencari Aktor Intelektual Inseiden Kerusuhan

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita bertanya, siapa sebenarnya yang diuntungkan dari setiap kekacauan yang menelan korban rakyat jelata? Apakah aspirasi rakyat yang tulus seringkali ditunggangi oleh tangan-tangan tersembunyi yang haus kuasa? Mengapa demonstrasi yang dimaksudkan untuk menyuarakan ketidakadilan justru berakhir dengan penjarahan, pengrusakan, dan tumpahnya darah orang tak berdosa seperti […]Read More

Berita Spritual

SETAJAM MATA ELANG: Kritisisme, Basirah, dan Seni Mendeteksi Zaman

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita menguji pandang batin sendiri sembari menghadirkan pertanyaan, apakah mataku sekadar melihat permukaan, atau menembus jaringan sebab-akibat yang tersembunyi? Pernahkah kita bertanya: “Jika kabar itu menggoda, apa akalku memverifikasi, atau hanya melahapnya karena sesuai selera?” Sudahkah kita memikirkan skenario terburuk agar dapat menempuh skenario terbaik, atau […]Read More

Tausyiah

Merefleksi Hari Lahir Pancasila: Fondasi Berkarakter untuk Indonesia Emas 2045

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar Pendidikan Nilai dan Karakter UIN Alauddin Makassar Pada tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, dasar negara yang menjadi penuntun dan pedoman hidup kita semua. Di tahun 2025 ini, semoga Pancasila tidak hanya menjadi simbol, filsafat, dan ideologi semata, tetapi bisa menjadi rem dan dasar pribadi dari diri […]Read More

Tausyiah

SAKIT BATIN: Sumber Segala Penyakit

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar Pendidikan Nilai dan Karakter UIN Alauddin Dalam sunyi malam yang panjang, kadang tubuh kita rebah bukan karena lelah fisik, tetapi karena jiwa yang diam-diam menanggung luka. Kita terlalu sibuk merawat raga, mengukur kalori, mengejar pola hidup sehat, meneguk vitamin saban pagi, namun melupakan sesuatu yang jauh lebih dalam: jiwa yang […]Read More

Tausyiah

LUPA DARATAN: Sebuah Renungan tentang Kehidupan dan Makna

Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar Pendidikan Nilai dan Karakter UIN Alauddin Ada kalanya kita berjalan begitu jauh hingga lupa dari mana kita berasal. Tenggelam dalam gemerlap dunia, terbuai oleh nikmat yang sesaat, hingga tanpa sadar kita telah melepaskan akar yang dulu mengikat kita pada hakikat sejati kehidupan. Lupa daratan. Sebuah ungkapan yang lebih dari sekadar […]Read More

Tausyiah

Ketika Hati Mulai Mati, Ke Mana Kita Harus Mencari Cahaya

Oleh: Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin Makassar Pernahkah kita merasa kosong dalam menjalani hidup? Pernahkah kita bangun di pagi hari tanpa gairah, menjalani rutinitas tanpa makna, lalu tidur kembali dengan perasaan yang sama? Pernahkah kita merasakan ibadah hanya sebagai kewajiban tanpa ruh, dzikir tanpa penghayatan, atau doa yang sekadar lantunan kata tanpa getaran dalam dada? […]Read More

Tausyiah

STRES: Apa yang Allah Inginkan Saat Kita Stres???

Oleh: Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin Makassar Ada kalanya manusia terbangun di pagi hari dengan semangat yang menyala-nyala, penuh harapan untuk menghadapi dunia. Namun, tidak jarang pula, ia merasa beban yang tak kasatmata menggantung di pundaknya, mendesak jiwa, membatasi napas, dan menyelubungi pandangan dengan kekhawatiran. Beban itu bernama STRES. Ia bukan sekadar istilah dalam psikologi […]Read More