Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Hari ini, gawai seakan menjadi kitab harian yang lebih sering dibuka daripada mushaf yang seharusnya menenangkan jiwa. Dari layar kecil itu, lahirlah satu ironi yang menyayat nurani: sebuah industri gelap yang menjual kebohongan dan menanamkan kebencian. Wajahnya bisa berupa jasa buzzer, akun bayaran, atau jaringan media yang sibuk […]Read More
Oleh: Munawir Kamalauddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Negeri ini berdiri bukan semata-mata karena piagam, teks proklamasi, atau tinta perjanjian politik. Indonesia berdiri karena darah dan air mata, karena doa para ulama, karena perjuangan para pejuang, dan karena persatuan segenap anak bangsa yang mengikhlaskan jiwa raga demi satu kata: Merdeka. Sejak awal, TNI lahir dari […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Sejak awal reformasi, bangsa ini menaruh harapan besar pada demokrasi. Ia hadir bagaikan mata air yang diidamkan, setelah perjalanan panjang bangsa ini terjerat otoritarianisme. Rakyat berbondong-bondong menuju bilik suara, membawa secarik kertas yang seakan sederhana, namun sesungguhnya ia adalah titipan amanah. Dalam hati mereka terpatri keyakinan bahwa […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Bangsa ini kembali berada di persimpangan sejarah. Seperti kapal yang diterpa badai, ia berlayar di tengah gelombang besar amarah rakyat. Semuanya bermula dari sebuah tragedi, seorang pengemudi ojek online yang gugur dalam unjuk rasa. Ia bukan pejabat, bukan tokoh besar, hanya rakyat kecil yang berjuang di jalanan […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Di tengah riuh kota yang lampunya memantul pada genangan hujan ekonomi, spanduk-spanduk yang berkibar bukan lagi sekadar kain yang terikat pada bambu. Mereka adalah wajah dari kecemasan kolektif, simbol dari amarah yang lama terpendam. Di sisi lain republik, kursi empuk, gedung berlampu kristal, dan pidato puitis yang […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita bertanya, siapa sebenarnya yang diuntungkan dari setiap kekacauan yang menelan korban rakyat jelata? Apakah aspirasi rakyat yang tulus seringkali ditunggangi oleh tangan-tangan tersembunyi yang haus kuasa? Mengapa demonstrasi yang dimaksudkan untuk menyuarakan ketidakadilan justru berakhir dengan penjarahan, pengrusakan, dan tumpahnya darah orang tak berdosa seperti […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Mari sejenak kita berhenti dari kebisingan dunia, menutup gawai, menundukkan kepala, dan bertanya pada diri sendiri, apa yang lebih dulu padam dalam jiwa kita, rasa kasih kepada sesama, atau rasa takut kehilangan kepentingan pribadi? Saat jalanan dipenuhi amarah, apakah yang sejatinya kita tuntut adalah keadilan, atau sekadar […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita berhenti sejenak di tengah gegap gempita kekuasaan dan bertanya , Apakah kekuasaan yang kita genggam masih bernafas sebagai amanah, ataukah telah menjelma menjadi singgasana kesombongan? Apakah suara rakyat di jalanan kita dengar sebagai ancaman, ataukah kita maknai sebagai doa yang mengetuk pintu langit? Apakah air […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Agustus seharusnya menjadi bulan penuh syukur. Bulan ketika rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan, mengenang perjuangan para pendiri bangsa, mengibarkan bendera dengan bangga, dan menikmati buah kebebasan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata. Namun, ironi menyayat, Agustus 2025 bukan bulan perayaan, melainkan bulan kegelisahan. Bukan bulan persatuan, melainkan […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita menatap cermin pada jam-jam paling sunyi, lalu bertanya, untuk apa tubuh ini diciptakan, untuk dimuliakan atau diperjualbelikan? Untuk apa hasrat dititipkan, untuk dijaga atau dijadikan komoditas? Maukah kita menukar sekelebat kenikmatan dengan kehancuran jangka panjang, pada diri, keluarga, dan bangsa? Di kota-kota yang terang benderang, […]Read More
