Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Apakah kita pernah memutuskan sikap hanya dari cerita yang tidak jelas atau samar? Sudahkah kita membedakan antara berita dan fitnah? Pernahkah kita ikut membagikan kabar yang belum tentu benar dan dapat dioercaya? Apakah kita adalah jembatan keadilan, atau justru penyambung kabar kebohongan serta penyebar fitnah? Kita hidup […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita merasa puas melihat dua orang bertengkar karena kita bisikkan api di antara keduanya? Apakah hati ini pernah tersenyum melihat kekacauan karena dari sana kita mendapatkan posisi, pujian, atau keuntungan? Mungkinkah kita adalah aktor di balik layar keributan, namun bersembunyi dalam topeng seolah tidak terlibat? Adakah […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Sulawesi Selatan Pernahkah engkau berharap langit menurunkan emas, padahal engkau enggan menggali tanah? Tidakkah engkau malu berharap keberuntungan, sementara engkau menolak setiap kesempatan? Apakah mungkin benih mimpi tumbuh menjadi pohon kenyataan, jika tak pernah disiram usaha dan kerja nyata? Berapa lama lagi kau ingin hidup dalam bayangan […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan Pernahkah engkau berbicara manis di hadapan seseorang, tapi di belakangnya kau robek kehormatannya? Pernahkah engkau bersikap netral, padahal hatimu condong pada kepentingan tertentu yang tersembunyi? Pernahkah engkau mengaku berpihak kepada kebenaran, padahal engkau hanya mencari aman dalam kemunafikan? Apakah kita masih bisa disebut adil, jika […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Pernahkah kita merasa dipakai, dimanfaatkan, dan diperah seperti susu dari seekor sapi, lalu ditinggalkan tanpa dihargai? Pernahkah kita menjadi tangan yang selalu memberi, namun tak pernah dianggap dalam meja keputusan? Ataukah… justru kita yang telah memerah orang lain dengan dalih amanah, kepentingan bersama, atau demi stabilitas dan […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Pernahkah kita merasa seperti alat uji?, Seperti manusia yang dipakai, tapi tak pernah benar-benar dihargai? Pernahkah kita dijadikan dalih, tapi tak pernah dilibatkan dalam keputusan? Apakah kita sedang berjuang untuk kebenaran, atau sekadar menuruti skenario yang disiapkan oleh kepentingan? Apakah suara kita sungguh didengar, atau hanya ditoleransi […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Pernahkah kita menuding orang lain atas kegagalan kita, padahal luka itu kita gores sendiri? Mengapa kita lebih cepat mengangkat jari telunjuk daripada menunduk untuk bercermin? Apakah mudahnya kita menyalahkan orang lain hanya cara halus menutupi rasa takut kita akan tanggung jawab? Tidakkah kita sadar, bahwa melempar kesalahan […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Sulawesi Selatan Pernahkah engkau merasa bahwa seluruh pintu seolah tertutup padamu, padahal engkau belum mengetuk semuanya? Pernahkah engkau menyebut bahwa tak ada jalan keluar, padahal engkau bahkan belum melangkah satu jengkal untuk mencarinya? Mengapa kita begitu cepat menyerah sebelum luka itu benar-benar sembuh, atau sebelum fajar benar-benar […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar, Sulawesi Selatan Pernahkah kau tersenyum pada seseorang, sementara hatimu penuh kebencian terhadapnya? Pernahkah kau berkata “Saya setuju”, padahal batinmu justru menolak keras? Seberapa sering kita mengangguk di depan, lalu menusuk dari belakang? Bukankah kita sudah terlalu lelah berpura-pura menjadi yang bukan diri kita? Mengapa kita merasa aman […]Read More
Oleh: Munawir Kamaluddin, Guru Besar UIN Alaudin Makassar Sulawesi Selatan Pernahkah engkau berlari mengejar sesuatu, lalu justru engkau yang ditangkap oleh apa yang kau kejar? Apakah dunia ini tempat perhentian, atau hanya persinggahan semu yang sering kita anggap abadi? Mengapa manusia yang mengejar dunia sering kehilangan dirinya, dan justru tak pernah menemukan makna sejatinya? Tidakkah […]Read More