Menurut Ibnu Khaldun, Ciri-ciri Indonesia Akan Hancur Sudah Terlihat: Lebih Baik Mengantisipasi!

 Menurut Ibnu Khaldun, Ciri-ciri Indonesia Akan Hancur Sudah Terlihat: Lebih Baik Mengantisipasi!

Indonesia, berdasarkan teori Ibnu Khaldun (1332-1406 M) tentang Pemerintahan Suatu Negara Memiliki Usia Layaknya Manusia, sudah terlihat ciri-ciri keruntuhannya, kecuali Indonesia dapat melakukan peremajaan diri.

Ibnu Khaldun berkata, “Usia pemerintahan suatu negara biasanya tidak melebihi tiga generasi.”

“Tiga generasi ini berumur 120 tahun,” lanjutnya.

“Karena itulah, kehancuran negara secara keseluruhan terjadi pada generasi keempat. …Anda akan temukan kebenaran jika Anda termasuk orang-orang objektif,” tulisnya di Kitab Muqaddimah.

Generasi pertama, masih memelihara gaya hidup sederhana, keras, primitif (natural), luar, pemberani, merampas, dan menikmati kebesaran dalam kebersamaan. Kekuatan fanatisme generasi ini masih hidup. Akibatnya rakyat tunduk dan segan kepada generasi pertama ini.

Lahir generasi kedua. Generasi ini sudah makmur, berlimpah kemewahan, individualisme, yang akibatnya hidup bermalas-malasan. Fanatisme mereka pun luntur. (Atau dalam bahasa kita sekarang, nasionalisme mereka pun luntur-pen). Generasi kedua ini berharap dapat menikmati capaian kebesaran generasi pertama.

Lahir generasi ketiga. Generasi ini sudah melupakan masa-masa keras, primitif, dan hidup liar generasi pertama. Seolah-olah itu tidak pernah ada. Generasi ketiga ini kehilangan kebanggaan pada kehormatan dan fanatisme yang mereka miliki. Mereka keterlaluan gaya hidup mewahnya. Mereka menjadi lemah. Mereka menjadi beban bagi pemerintah. Fanatisme mereka pun hilang secara keseluruhan. Mereka mengabaikan pertahanan, perlindungan, pembelaan diri dan ekspansi kekuasaan.

Generasi ketiga ini senang memanipulasi masyarakat dengan pakaian berpangkat dan seragam kebesaran, menunggang kuda, dan wawasan luas. Mayoritas dari generasi ketiga ini lebih penakut dari perempuan dibandingkan dengan kaum perempuan yang mandiri. Ketika negara membutuhkan kekuatan mereka, maka mereka tidak mampu memenuhinya dan tidak mampu mempertahankan diri dari suatu serangan. Hal ini mengharuskan negara membutuhkan kekuatan bangsa lain sebagai pendukung, sehingga banyak mengambil tenaga koalisi dan sekutu sampai Allah berkehendak meruntuhkannya. Anda lihat, usia tiga generasi merupakan akhir suatu pemerintahan dan kehancurannya.

Sekarang, mari kita perhatikan ciri-cirinya. Generasi pertama, terlihat pada generasi Soekarno, Natsir, Jenderal Sudirman, dll.

Generasi kedua terlihat Luhut Panjaitan, Hendropriyono, Aburizal Bakrie, dll.

Generasi ketiga mungkin Gibran Rakabuming, Nadiem Makarim, Bahlil Lahaladia, Letkol Teddy, dll.

Tinggal generasi keempat, deh. Afala ta’kilun.

 

 

Facebook Comments Box