TUTUR KATA: Antara Berkah dan Petaka
Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar
Manusia adalah makhluk sosial yang dianugerahi kemampuan berkomunikasi melalui tutur kata.
Lisan menjadi salah satu alat terpenting dalam menyampaikan pemikiran, perasaan, dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sebagaimana pedang bermata dua, lisan dapat menjadi sumber kebaikan yang membawa keberkahan, atau sebaliknya, menjadi penyebab kehancuran jika tidak digunakan dengan bijak.
Dalam pandangan Islam, tutur kata tidak hanya memiliki dimensi sosial, tetapi juga spiritual, karena setiap kata yang terucap akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Al-Qur’an dan hadis banyak memberikan perhatian terhadap pentingnya menjaga lisan. Firman Allah dalam Surah Qaf ayat 18 menegaskan bahwa setiap ucapan manusia dicatat oleh malaikat sebagai bukti di akhirat.
Rasulullah SAW juga memperingatkan agar seorang Muslim hanya berkata yang baik atau memilih untuk diam. Peringatan ini menunjukkan betapa besar dampak tutur kata terhadap kehidupan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam konteks kehidupan modern, tantangan menjaga tutur kata semakin besar. Arus globalisasi, perkembangan teknologi, dan media sosial membuka ruang bagi ucapan-ucapan yang tidak terkendali, seperti fitnah, ujaran kebencian, dan kata-kata negatif lainnya.
Fenomena ini tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga melemahkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam masyarakat.
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam pentingnya menjaga tutur kata agar tidak berakhir petaka. Tulisan ini akan membahas dampak buruk tutur kata yang tidak terjaga, langkah-langkah preventif, serta solusi untuk menjadikan lisan sebagai sumber manfaat dan maslahat.
Melalui tulisan ini, diharapkan pembaca dapat memahami urgensi menjaga tutur kata sebagai bentuk ibadah sekaligus upaya membangun harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga lisan tidak menjadi sumber petaka, melainkan membawa keberkahan dan kemaslahatan bagi banyak orang.
I. Pentingnya Menjaga Tutur Kata
Lisan adalah alat komunikasi utama manusia yang dapat membawa kebaikan atau menimbulkan keburukan. Setiap ucapan yang keluar dari lisan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, sebagaimana firman-Nya:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18).
Ayat ini menegaskan bahwa lisan adalah amanah, dan setiap kata yang diucapkan akan dicatat oleh malaikat sebagai bukti pertanggungjawaban di akhirat. Rasulullah SAW juga mengingatkan:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menjadi landasan pentingnya menahan lisan dari ucapan yang sia-sia atau buruk. Ketika seseorang menjaga lisannya, ia menunjukkan tingkat keimanan dan ketakwaannya.
II. Dampak Buruk Jika Lisan Tidak Dijaga
Tutur kata yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa dampaknya:
1. Merusak Hubungan Sosial
Ucapan yang menyakitkan, fitnah, atau hinaan dapat menghancurkan hubungan persaudaraan dan menyebabkan perpecahan. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang membuat Allah murka, tanpa ia pedulikan, maka ia terjerumus ke dalam neraka.” (HR. Bukhari).
2. Mengundang Konflik dan Permusuhan
Ucapan buruk seperti gosip atau caci maki adalah penyebab utama konflik. Allah memperingatkan:
وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ…
“Dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk…” (QS. Al-Hujurat: 11).
3. Menghilangkan Keberkahan Hidup
Tutur kata yang buruk dapat mengundang murka Allah, menghilangkan keberkahan, dan mendatangkan kesulitan dalam hidup.
III. Langkah-Langkah Menghindari Tutur Kata Negatif
Agar lisan tidak menjadi sumber keburukan, berikut langkah-langkah yang dapat diterapkan:
1. Menyadari Konsekuensi Ucapan
Kesadaran bahwa setiap ucapan akan dicatat malaikat membantu seseorang untuk lebih berhati-hati. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَكْثَرَ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ
“Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berasal dari lisannya.” (HR. Thabrani).
2. Melatih Diam Ketika Marah
Dalam situasi emosional, diam adalah langkah terbaik. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad).
3. Bergaul dengan Lingkungan yang Baik
Lingkungan sangat memengaruhi ucapan seseorang. Rasulullah SAW bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu mengikuti agama temannya, maka perhatikanlah dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud).
4. Memperbanyak Zikir dan Membaca Al-Qur’an
Zikir dan membaca Al-Qur’an adalah cara membersihkan hati dan menenangkan jiwa, sehingga ucapan pun terjaga dari keburukan.
IV. Solusi Agar Tutur Kata Membawa Manfaat dan Maslahat
Berikut adalah solusi praktis agar tutur kata menjadi sumber manfaat:
1. Menggunakan Kata-Kata yang Baik dan Inspiratif
Allah SWT berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83).
Ucapan yang baik mencerminkan kebijaksanaan dan membawa kebahagiaan kepada orang lain.
2. Menyampaikan Nasihat dengan Hikmah
Allah memerintahkan untuk berdakwah dan memberikan nasihat dengan cara yang bijak:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).
3. Menyebarkan Kebenaran dan Kebaikan
Rasulullah SAW bersabda:
الدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
“Orang yang menunjukkan kepada kebaikan, ia seperti pelaku kebaikan itu.” (HR. Tirmidzi).
4. Meminta Maaf Jika Salah Bicara
Mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah tanda kelapangan hati dan upaya memperbaiki diri.
Sehingga dengan demikian menjaga tutur kata adalah kewajiban setiap Muslim yang mencerminkan keimanan, akhlak, dan integritas. Ucapan yang baik akan membawa manfaat besar, sementara lisan yang tidak terkendali dapat menjadi petaka.
Islam telah memberikan panduan lengkap untuk menjaga lisan, mulai dari dalil Al-Qur’an, hadis Nabi, hingga nasihat para ulama. Dengan menjaga lisan, kita tidak hanya memperbaiki diri tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Semoga Allah membimbing kita untuk selalu berkata baik dan menjauhkan kita dari ucapan yang buruk.
Penutup dan Kesimpulan
Tutur kata adalah karunia Allah yang harus dijaga dan diarahkan untuk kebaikan.
Dalam Islam, lisan memiliki dimensi spiritual yang mendalam, karena setiap kata yang terucap akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Ketidakmampuan mengendalikan tutur kata dapat berujung pada konflik, permusuhan, bahkan kerusakan yang meluas.
Sebaliknya, tutur kata yang baik tidak hanya mendatangkan keberkahan, tetapi juga menjadi amal kebaikan yang terus mengalir.
Fenomena modern seperti media sosial dan globalisasi membawa tantangan baru dalam menjaga lisan.
Ucapan yang tidak terkendali, seperti ujaran kebencian dan fitnah, menjadi masalah serius yang memengaruhi harmoni sosial.
Oleh karena itu, langkah preventif seperti menyadari konsekuensi ucapan, melatih diam, memperbanyak zikir, serta menjalin hubungan dengan lingkungan yang baik menjadi sangat penting.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tutur kata adalah cerminan keimanan dan akhlak seseorang. Islam menegaskan pentingnya berkata baik atau memilih diam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Dampak tutur kata yang tidak dijaga sangat besar. Ia dapat merusak hubungan sosial, menciptakan konflik, bahkan menghilangkan keberkahan hidup. Firman Allah:
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18).
3. Menjaga lisan membutuhkan usaha yang berkelanjutan. Langkah-langkah seperti meningkatkan kesadaran spiritual, melatih diam saat emosi, dan memperbanyak zikir adalah upaya efektif untuk menghindari tutur kata yang buruk.
4. Tutur kata yang baik membawa manfaat dan maslahat. Dengan berkata baik, menyampaikan nasihat dengan hikmah, dan memotivasi orang lain, lisan kita menjadi sumber keberkahan bagi diri sendiri dan orang lain. Firman Allah:
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83).
Akhirnya, menjaga tutur kata bukan sekadar persoalan etika, tetapi juga tanggung jawab spiritual yang membawa dampak besar dalam kehidupan.
Semoga Allah SWT membimbing kita untuk senantiasa menjaga lisan, berkata baik, dan menjadikan setiap ucapan sebagai ladang pahala yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْقَوْلِ الْحَسَنِ وَالْفِعْلِ الْصَالِحِ، وَاجْنِبْنَا الْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berkata baik dan berbuat saleh, serta jauhkan kami dari ucapan dan perbuatan buruk.”# Wallahu A’lam Bishawab.